Hari Guru Nasional 2025 dirayakan pelajar Sukabumi dengan cara yang paling bermakna dan visioner: menanam pohon.
Di kaki langit Kecamatan Waluran, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat peringatan Hari Guru Nasional (HGN) ke-80 pada Selasa (25/11/2025) tidak hanya dimaknai dengan lantunan himne atau seremoni formal semata. Di MTs Nurul Hidayah, Kampung Kebon Kacang, Desa Waluran Mandiri, perayaan jasa para pendidik bertransformasi menjadi sebuah aksi nyata merawat kehidupan.
Pagi itu, setelah barisan rapi dalam upacara bendera bubar, dan gema istighosah serta doa bersama melangit sebagai wujud syukur atas dedikasi para guru, para siswa tidak lantas pulang. Mereka bergerak menuju lahan kehutanan , membawa bibit-bibit masa depan di tangan mereka. Bagi komunitas sekolah ini, menghormati guru berjalan beriringan dengan menghormati alam.
Di bawah komando semangat konservasi, para pelajar ini melakukan penanaman pohon produktif dan membentangkan spanduk seruan untuk menjaga kelestarian hutan. Ini bukan sekadar euforia sesaat, melainkan ritual rutin yang telah mendarah daging dalam kurikulum kehidupan mereka.
Kepala MTs Nurul Hidayah Waluran, Fazri Mulyono, menegaskan bahwa integrasi antara perayaan hari besar dan aksi lingkungan adalah identitas sekolah mereka.
“Setiap ada acara PHBN (Peringatan Hari Besar Nasional), termasuk HGN dan Hari Lingkungan Hidup kami selalu menanam. Sekali kegiatan biasanya 50 pohon, dan ini dilakukan secara rutin. Semuanya pohon produktif ada nangka, jambu, sirsak, durian, ada yang hasil okulasi, ada juga dari biji,” ungkap Fazri seperti dilansir SukabumiUpdate.
Pilihan menanam pohon produktif bukan tanpa alasan. Selain menghijaukan kawasan Waluran, pohon-pohon ini kelak diharapkan memberi manfaat ekonomi dan pangan bagi ekosistem sekitar. Aksi ini menjadi perpanjangan dari napas Pendidikan Lingkungan Hidup yang menjadi muatan lokal unggulan di sekolah tersebut.
Konsistensi ini pula yang telah mengantarkan MTs Nurul Hidayah meraih penghargaan Sekolah Adiwiyata dari Dinas Lingkungan Hidup pada tahun 2024. Penghargaan tersebut menjadi bukti sahih bahwa budaya peduli lingkungan bukan sekadar jargon, melainkan praktik harian yang dijalankan dengan disiplin.
Di tengah lahan yang mulai menghijau oleh bibit-bibit baru, pesan yang dibawa para siswa sangat jelas: pendidikan tidak hanya terjadi di dalam dinding kelas. Dengan tangan yang kotor oleh tanah, mereka belajar bahwa merawat bumi adalah pelajaran paling mendasar bagi kelangsungan hidup manusia.
Fazri menambahkan bahwa esensi kegiatan ini melampaui sekadar seremonial.
“Kegiatan ini bukan hanya bentuk penghormatan kepada guru, tapi juga upaya menanamkan kesadaran kepada siswa tentang pentingnya menjaga lingkungan dan keberlanjutan alam,” pungkasnya.
Hari itu di Waluran, Hari Guru Nasional dirayakan dengan cara yang paling purba namun visioner: menanam. Karena seperti halnya guru yang menanam ilmu untuk masa depan siswa, pohon-pohon ini ditanam untuk masa depan bumi yang lebih baik.
- Aksi hijau pelajar Sukabumi di Hari Guru Nasional 2025
- Ketika iman menggugat keadilan iklim di tengah kepungan lobi fosil
- Lima petani tumbang ditembak dalam tragedi berdarah di Pino Raya, Bengkulu
- Masa depan karbon biru dan peran Indonesia dalam peta iklim global
- Photovoice merekam krisis ekologis Pontianak lewat lensa warga
- PLN dan Uni Eropa pacu pembangunan “Baterai Air” raksasa target NZE 2060
