Posted in

PANTAI UTARA JAWA PALING RENTAN PERUBAHAN IKLIM

thumbnailJakarta – Pantai utara Pulau Jawa merupakan wilayah yang paling rentan terhadap terjadinya perubahan iklim di Indonesia. Kenaikan muka air laut sebesar 8 mm per tahun akibat perubahan iklim menjadi penyebabnya. Kenaikan air laut itu diprediksi akan menggeser batas garis pantai di wilayah utara Jawa. Dalam jangka waktu 100 tahun, kenaikan muka air laut akan mencapai 80 cm, dan ini akan menenggelamkan sebagian wilayah tersebut.

“Pantai utara Pulau Jawa merupakan wilayah yang paling rentan terhadap perubahan iklim dibandingkan dengan wilayah lainnya di Indonesia. Hal ini karena pantai utara Pulau Jawa merupakan wilayah yang landai. Selain itu, tanah di wilayah ini juga mudah mengalami penurunan ketinggian sehingga air laut akan masuk dengan mudah,” papar Kepala Seksi Mitigasi Bencana, Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Enggar Sadtopo, SelasaRabu (1/12/2010), di Jakarta.

Hal itu, lanjutnya, didasarkan pada studi kerentanan perubahan iklim yang dilakukan oleh KKP terhadap wilayah utara Pulau Jawa. Salah satu wilayah yang diteliti adalah wilayah pantai di Kota Pekalongan, Jawa Tengah. Dari studi tersebut, dijelaskan bahwa garis pantai di sana akan bergeser sejauh 2 km ke dalam akibat kenaikan muka air laut sebesar 80 cm dalam jangka waktu 100 tahun. Belum lagi ditambah dengan fenomena banjir rob yang rutin terjadi di sana. “Hal serupa juga mungkin terjadi di Semarang dan Jakarta, mengingat permukaan tanah di wilayah itu juga mudah mengalami penurunan. Oleh karena itu, kenaikan muka air laut merupakan ancaman bagi kita semua,” tambahnya.

Berkaitan dengan hal ini, KKP sendiri mengaku sudah melakukan upaya sosialisasi terhadap aturan dan norma yang terkait dengan perubahan iklim, terutama disosialisasikan kepada Pemerintah Daerah (Pemda) di wilayah pantai utara Jawa. Selain itu, sebagai bentuk adaptasi perubahan iklim di wilayah tersebut, KKP juga mencoba untuk memperkenalkan bentuk bangunan rumah yang ramah bencana. Bentuk bangunannya berupa rumah panggung dengan ketinggian sekitar satu sampai dua meter.

 

Konsorsium Laut Jawa

Sementara itu, pengaruh perubahan iklim terhadap wilayah di sekitar Laut Jawa memang kian dikhawatirkan. Hal ini diketahui dari penelitian yang dilakukan oleh Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) mengenai dampak perubahan iklim di Laut Jawa selama tiga tahun terakhir. Terutama dengan adanya temuan bahwa empat kawasan pesisir penting di sekitar Laut Jawa saat ini berada dalam kondisi kritis akibat pola pembangunan yang salah. Empat kawasan tersebut adalah pesisir Kalimantan bagian selatan, Teluk Jakarta, pesisir Semarang, dan Selat Madura.

“Oleh karena itu, untuk merespon dampak perubahan iklim yang terjadi saat ini, perlu dibentuk Konsorsium Laut Jawa. Sudah tidak bisa lagi digunakan pendekatan sektoral atau pendekatan administratif, karena pendekatan tersebut sangat tidak layak untuk dijalankan,” tegas Sekretaris Jenderal KIARA, Riza Damanik, pada kesempatan yang sama.

Konsorsium Laut Jawa ini sendiri diperlukan untuk menjawab berbagai kebutuhan administrasi pengelolaan wilayah dan efektivitas anggaran di daerah sekitar Laut Jawa. Konsorsium ini diharapkan akan meliputi sepuluh provinsi, yaitu Lampung, Bangka-Belitung, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan. (prihandoko)

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.