Posted in

AMERIKA BLOKIR NEGOSIASI GREEN CLIMATE FUND

thumbnailDelegasi Amerika kembali bikin gara-gara di ajang negosiasi perubahan iklim dunia (UNFCCC). Kali ini mereka memblokir negosiasi penggalangan dana “Green Climate Fund” untuk negara-negara miskin rentan perubahan iklim.

Jakarta-Lima bulan menjelang negosiasi puncak UNFCCC di Durban, Delegasi Amerika belum juga menunjukkan tanda mau bekerja sama. Rabu Malam, 8 Juni 2011 waktu Bonn, Jerman, Delegasi Paman Sam menyatakan menolak pembahasan Green Climate Fund masuk dalam negosiasi UNFCCC.

“Dengan menolak membahas cara-cara konkrit mengumpulkan dana yang dibutuhkan untuk memerangi perubahan iklim, Amerika Serikat membuang negosiasi Green Climate Fund yang selama ini dinanti-nantikan, menjadi janji kosong belaka,” kata Ilana Solomon, Pakar Iklim dari ActionAid’s dalam pernyataan pers mereka.

Ilana menyayangkan sikap Amerika ini, terutama karena pada negosiasi UNFCCC di Kopenhagen, Menteri Luar Negeri Amerika Hillary Clinton telah berkomitmen dengan negara-negara donor lainnya mengumpulkan dana ke dalam sistem Green Climate Fund.

Green Climate Fund adalah sistem pendanaan perubahan iklim yang dicetuskan pada negosiasi puncak perubahan iklim (UNFCCC) di Kopenhagen, Denmark, Desember 2009. Sistem ini bermaksud menggalang dana US $ 100 miliar dari para negara maju untuk membiayai usaha adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di negara-negara berkembang, terutama negara-negara miskin. Pada negosiasi UNFCCC di Kankun, Desember 2010, Amerika kembali mengulang komitmen mereka untuk sistem dana ini.

Namun dalam negosiasi tingkat delegasi UNFCCC di Bonn, Jerman, minggu ini, tiba-tiba Amerika menolak sistem Green Climate Fund. Sikap ini segera didukung Kanada dan Jepang. Sekalipun negosiasi Green Climate Fund itu sendiri telah mencapai tahap bagaimana merancang sistem pendanaan global untuk menolong negara-negara berkembang rentan perubahan iklim.

Sebenarnya, telah dibahas beberapa pilihan sistem finansial Green Climate Fund. Antara lain dengan cara menerapkan pajak ke sektor-sektor finansial, mendesak penghapusan subsidi bahan bakar fosil di negara-negara berkembang, mekanisme finansial di sektor penerbangan dan pelayaran, atau menggunakan IMF (International Monetary Fund) sebagai salah salah satu badan pelaksana pilihan finansial itu.

 

“Sebagai salah satu kontributor perubahan iklim terbesar di dunia dalam sejarah, sederhana saja, sangat tidak dapat diterima jika Amerika menarik kembali komitmennya. Amerika harus memulai pembahasan sistem finansial publik yang berkelanjutan dan layak,” kata Ilana.

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.