Jakarta, Ekuatorial – Kenaikan suhu atmosfer karena tingginya konsentrasi gas rumah kaca – GRK dirasakan semua mahluk hidup. Beberapa jenis spesies hewan bahkan amat sensitif. Penelitian yang dilakuka para ahli dari International Union for Concervation of Nature – IUCN yang meneliti semua jenis unggas,ampibi, dan terumbu karang di perairan tropis dengan total 16.857 spesies diteliti kerentanannya pada perubahan iklim.

Karakteristik biologis dan ekologi juga diteliti untuk mengetahui kemampuan adaptasi terhadap perubahan iklim. Hasilnya adalah, 83 persen unggas, 66 persen amfibi, dan 70 persen terumbu karang, amat rentan terhadap perubahan iklim. Ironisnya, banyak spesies tak masuk daftar keterancaman pada Red List of Threatened Species IUCN.

Dimana, Unggas terancam punah ada di Amazon, Amerika Selatan, dan Timur Amerika Selatan, Eropa, Kongo. Sementara, Amfibi paling terancam ada di Amazon, perbatasan Eropa-Asia, dan Madagskar. Sedangkan, terumbu karang terancam punah tak terdaftar ada di laut Karibia dan Selatan Laut Merah. ”Temuan ini amat mengejutkan,” kata Pimpnan Tim Peneliti dari the IUCN, Wendi Foden dikutif TG Daily, Selasa (25/6).

Maka pada 1992, lahir Konvensi Keanekaragaman Hayati – Convention on Biological Diversity/CBD) dengan 192 negara. Indonesia pun meratifikasi. Tiga hal mutlak harus dilakuka sebagai konsekuensi, yakni mengkonservasi keanekaragaman hayati, menggunakan sumber keanekaragaman hayati secara berkelanjutan, dan berbagi manfaat sumber daya genetik secara adil dan merata. (KMP)

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.