Sumbawa, Lomboknews.com – Selain untuk mengembalikan kondisi hutan mirip dengan aslinya dan
menghindari terjadinya erosi, reklamasi yang dilakukan PT Newmont Nusa Tenggara (NNT)
pada areal yang tidak terganggu juga dimaksudkan untuk mempertahankan cadangan karbon
dalam tanah.

Hutan reklamasi di Timbunan Timur, Timbunan Sejorong, dan Timbunan Tongoloka dinilai
memberi kontribusi terhadap serapan karbon. Hal itu diketahui setelah dilakukan penelitian
cadangan karbon di lokasi tersebut sejak April hingga Mei 2012.

Total cadangan karbon areal reklamasi yang terdapat di lokasi Timbunan Timur, Timbunan
Sejorong dan Timbunan Tongoloka sebesar 3.964,95 ton atau 34,96 C/ha yang dihasilkan dari
32 jenis tanaman strata pohon, tiang dan pancang dengan kisaran diameter 2,0 – 60,2 cm
serta tumbuhan bawah dan serasah. Cadangan karbon paling tinggi terdapat di lokasi
Timbunan Sejorong yaitu sebesar 45,19 ton C/ha dan pada tanaman berumur 6 tahun yaitu
sebesar 47,48 ton C/ha.

Umur tanaman tidak selalu berkorelasi positif dengan cadangan karbon. Cadangan karbon
cenderung bertambah seiring pertumbuhan vegetasi, yang ditunjukkan dengan kecepatan
perubahan vegetasi mencapai strata lengkap. Korelasi positif ditemukan dalam penelitian ini
adalah antara pertumbuhan tanaman dan cadangan karbon, bukan umur tanaman dan
cadangan karbon.

Demikian kesimpulan Joni Safaat, General Supervisor Environmental Affair PT NNT dalam
makalah ilmiah berjudul “Pendugaan Cadangan Karbon Areal Reklamasi Pertambangan – Studi
Kasus PTNNT” yang disampaikan dalam Seminar Ilmiah VIII – Penelitian Masalah Lingkungan di
Indonesia, kerjasama IATPI dan UGM di Yogyakarta 12 Juli lalu.

“Dari ketiga lokasi tersebut, Timbunan Sejorong memiliki kandungan karbon paling tinggi yaitu
sebesar 45,19 ton C/ha. Sementara berdasarkan waktu tanam kandungan karbon tertinggi
terdapat pada tanaman berumur 6 tahun yaitu sebesar 47,48 ton C/ha,” terang Joni Safaat.
Menurut Joni, serapan karbon yang cukup signifikan itu diperoleh dari cadangan karbon hutan
reklamasi PT Newmont Nusa Tenggara tahun tanam 2001-2008. dikatakannya, jumlah ton
karbon per hektar dipengaruhi oleh pertumbuhan tanaman, dibuktikan dengan hasil
perhitungan cadangan karbon per hektar di tahun 2006 paling tinggi dibandingkan tahun
sebelumnya. Hal itu, katanya, didukung dengan hasil pemantauan berkala yang dilakukan
PTNNT, dimana pertumbuhan tanaman pada tahun tanam 2006 lebih baik dibandingkan tahun
sebelumnya.

Kendati demikian, umur tanaman tidak selalu berkorelasi positif dengan cadangan karbon.
Cadangan karbon cenderung bertambah seiring pertumbuhan vegetasi, yang ditunjukkan
dengan kecepatan perubahan vegetasi mencapai strata lengkap. “Korelasi positifnya adalah
antara pertumbuhan tanaman dan cadangan karbon, namun bukan umur tanaman dan
cadangan karbon,” tandasnya.

Dijelaskan, bahwa hutan reklamasi pada lokasi timbunan yang dibangun PTNNT itu sudah mulai
tumbuh dan berkembang menuju hutan dengan jenis tanaman beragam dan struktur pohon
yang lengkap. Setidaknya terdapat 7 sampai 53 tanaman/ha pada strata pohon, 5 sampai 429
tanaman/ha strata tiang, dan 90 – 2.720 tanaman/ha pada strata pancang.

“Dengan semakin tumbuh dan berkembangnya tanaman reklamasi maka tujuan reklamasi
PTNNT menjadi tercapai, bahkan memiliki peran yang kompleks, diantaranya sebagai penghasil
kayu, pengatur tata air dan penyerap karbon-dioksida,” tambah Bambang Supriadi, Spesialis
Pemantauan Reklamasi.(*/sk)

Lomboknews.com adalah anggota sindikasi berita lingkungan Ekuatorial

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.