Klaten, Ekuatorial – Ribuan kera yang selama ini mendiami hutan di Gunung Merapi, Jawa Tengah terlihat mulai turun gunung. Ditengarai kera turun gunung karena stok makanan mulai menipis akibat kemarau panjang, yang menyebabkan hutan di lereng Gunung Merapi mengering.

Kepala Desa Sidorejo, Djemakir membenarkan bila desanya saat ini tengah menghadapi serbuan kera liar yang selama ini hidup di hutan Gunung Merapi. Turunnya kera liar jenis ekor panjang ini dari habitatnya di Gunung Merapi dipicu pepohonan yang selama ini menjadi tempat tinggal para kera liar mulai kering. Bahkan stok air di kawasan puncak Gunung Merapi juga mengering. Sehingga mereka turun ke lahan dan perkampungan warga.

“Kera ini tergolong kera unik yang ada di lereng Gunung Merapi. Kera-kera ini sangat jarang sekali turun dari hutan kalau kondisi Gunung Merapi tidak membahayakan,” urai Djemakir, Rabu (15/10).

Menurutnya kebiasaan kera turun ke pemukiman, kalau Gunung Merapi hendak erupsi. Tapi ini beda, mereka turun saat Gunung Merapi tidak akan erupsi. “Berarti stok makanan dan air sudah tak ada lagi di Gunung Merapi inilah yang memaksa kera-kera ini turun ke pemukiman,” tambah Djemakir.

Hal serupa juga diutarakan Camat Kemalang, Bambang Haryoko yang mengaku telah menerima laporan adanya serbuah ratusan kera ekor panjang yang terjadi di beberapa desa di wilayah Kemalang.

Bambang menyebutkan jika dulu turunya kawanan kera liar sebagai pertanda gunung Merapi akan erupsi, namun kini karena lingkungan alam yang rusak. Diperkirakan stok pangan dan air rusak, serta rusaknya habitat membuat kawanan kera memilih turun ke desa.

“Selain karena tak ada makanan, pohon-pohon pada mengering membuat kera-kera ini tidak punya tempat berlindung dari cuaca panas yang akhir-akhir ini sangat terasa sekali,” urai Bambang, pada kesempatan berbeda.

Pihaknya, menurut Bambang selama ini sudah berusaha menghalau kawanan kera liar menggunakan jaring yang dipasang melingkar di sekeliling lahan pertanian. Namun hal itu tidak mampu menghambat kera yang masuk. Kekuatan jaring tidak mampu menahan jumlah kera yang datang.

“Jumlahnya tidak sebanding dengan kera yang datang. Sekali datang mencapai ribuan. Jaring yang dipasang petani pun tidak sanggup menghalau serangan itu. Luas lahan yang diserang kawanan kera ada 102 hektare. Dan imbasnya kerugian mencapai ratusan juta rupiah,” terangnya. Bramantyo

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.