Sukoharjo, Ekuatorial – Akibat limbah pembuatan minuman keras ciu, yang dibuang sembarangan ke Kali Samin di Sukoharjo, Solo membuat sumur warga Dukuh Pondok tercemar. Kini air yang seharusnya dikonsumsi warga berwarna kecoklatan dan tak layak konsumsi.

Penyebab kontaminasi diperkirakan berasal dari limbah ciu, dari industri rumahan. Menurut informasi mereka membuang limbah pembuatan ciu itu dalam jumlah banyak, dan berkala setiap harinya ke dalam aliran kali Samin.
Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sukoharjo, Suradji mengatakan setelah dilakukan penelitian uji sampel air Kali Samin, limbah ciu tersebut memiliki kadar hingga 100 persen.

Limbah tersebut dibuang ke Kali Samin, kemudian oleh warga diambil airnya untuk mengairi sawah. Diduga air sedotan dari kali Samin merembes atau terkontaminasi ke sumur milik warga, yang lokasinya sangat berdekatan dengan aliran sungai dan sawah.

“Sumur yang tercemar itu airnya berubah warna menjadi kecokelatan dan berbau tak sedap,” jelas Suradji, Selasa (11/11).

Dari pantauan BLH di lokasi tercemarnya sumur milik warga, secara kasat mata air sumur tersebut memang tidak layak di konsumsi. Dimana air di sumur tersebut telah memenuhi kategori air tercemar tak layak komsumsi. Itu dikarenakan struktur air yang sudah tak bening, serta berbau dan berwarna.

Kurang IPAL
Suradji juga menjelaskan desa tersebut sebenarnya sudah ada Instalasi PEngolah Air Limbah (IPAL). Namun sudah tidak berfungsi, karena kapasitas tidak maksimal lagi. Sebab itu BLH Sukoharjo pernah mengupayakan kembali untuk membangunkan IPAL komunal lagi. Namun semua gagal dikarenakan pihaknya terbentur oleh luas lahan.

Dimana, warga setempat hanya mampu menyediakan lahan seluas 600 meter persegi (m2) saja, sedangkan luas lahan yang ideal untuk lokasi pembanguan IPAL Komunal setidaknya memiliki lahan seluas 1.000 m2. Sehingga nantinya hasilnya akan maksimal untuk kapasitasnya.

“Anggaran sudah diajukan, hanya saja masih terkendala luas lahannya. Karena dikejar waktu, akhirnya sementara ini kita batalkan dulu. Sebab itulah saat ini saya melakukan pendekatan pada masyarakat, agar mau mencarikan lahan untuk dibangun IPAL untuk memperkecil tingkat pencemaran sungainya,” ungkapnya.

Sementara itu menurut Suryono, salah satu warga Dukuh Bakalan mengaku sebenarnya persoalan limbah ciu yang sengaja dibuang di aliran Kali Samin ini sudah diadukan berulang-ulang kali, baik kepada Pemerintah Desa maupun kepada Pemerintah Kabupaten setempat.

Namun, sekalipun pengaduan warga juga disertai adanya bukti-bukti foto, tetap saja pengaduan warga tersebut dianggap angin lalu. Pasalnya, hingga saat ini, limbah yang dihasilkan dari home industri pembuatan ciu masih saja berlangsung.

Menurut Suryono, limbah-limbah ciu tersebut dibuang di Kali Samin selalu pada tengah malam. Disaat tak ada lagi aktivitas warga dalam jumlah yang cukup banyak.

“Memang buangnya limbah ciu itu tidak dilakukan setiap malam. Tapi kalau buang limbah, selalu dilakukan tengah malam disaat sudah tidak ada lagi aktivitas warga. Kalau buang, limbah tersebut diangkut dengan bak penampungan besar menggunakan truck bak terbuka. Saat buang, mereka tenang saja,” jelas Suryono saat ditemui Ekuatorial di Polokarto, Sukoharjo, Jawa Tengah.

Untuk menghadang truk yang mengangkut limbah ciu, jelas warga tidak berani. Namun, Suryono tak menyampaikan alasan mengapa mereka tak berani menghadang truk yang mengangkut limbah ciu tersebut. Bramantyo

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.