Manado, Ekuatorial – Kota Manado, ibukota Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) termasuk daerah yang berada dalam zona rawan bencana. Sayangnya pemerintah daerah Sulut dinilai kurang melakukan sosialisasi, terkait bagaimana prosedur tetap (protap) saat terjadinya bencana alam, termasuk jalur-jalur evakuasi bagi warga.

Guru besar Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado, Berty Sompie mengatakan belajar dari pengalaman terjadinya bencana gempa bumi yang berpotensi tsunami di Manado beberapa kali, ternyata warga Manado masih belum tahu bagaimana harus mengevakuasi diri. Bahkan, lanjut Berty, kondisi yang lebih memprihatinkan terjadi di sekolah-sekolah, di mana saat terjadi bencana para guru malah menyuruh siswa untuk pulang ke rumah.

“Ini tindakan yang keliru ketika bencana gempa bumi, siswa malah disuruh pulang ke rumah. Bagaimana jika ternyata jalur yang akan dilewati siswa ke rumahnya itu merupakan daerah rendah yang berpotensi tsunami. Ini kan justru membahayakan siswa,” ujar professor dari Fakultas Teknik Unsrat ini kepada Ekuatorial, Kamis (20/11).

Di sisi lain, Berty menilai, sebenarnya pemerintah daerah cukup sigap dengan apa yang akan dilakukan ketika terjadi bencana, hanya saja kurang sosialisasi. “Kalau untuk kesigapan, saya melihat ada koordinasi yang baik antara pemerintah daerah, TNI dan Polri. Mereka cukup sigap menghadapi bencana,” ujar Berty.

Secara terpisah, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulut, Noldy Liow saat dikonfirmasi mengatakan, terkait kesiapsiagaan bencana pihaknya sudah melakukan beberapa langkah antisipatif maupun tahapan yang akan diambil paska bencana. Misalnya terkait gempa yang berpotensi tsunami. Menurut Noldy, sejak tahun 2011 lalu sudah ada alat untuk mendeteksi tsunami yang dipasang di Manado.

“Jadi misalnya terjadi gempa bumi, lantas air surut dan akan terjadi tsunami, maka alat yang kami pasang akan berbunyi. Ini bisa didengar hingga radius lima kilometer. Sehingga memang bisa memberikan tanda bagi warga untuk evakuasi dari daratan rendah,” jelas Noldy.

Sementara itu terkait kegiatan-kegiatan pra bencana dan paska bencana, menurut Noldy pihaknya melakukan apel kesiagaan bersama dengan aparat TNI, Polri, serta SAR, dan pihak terkait lainnya.

“Untuk tindakan pra bencana, kita gelar apel kesiagaan. Jumat 21 Nopember 2014 ini kembali kita gelar apel kesiagaan bersama pihak-pihak terkait,” jelas dia.

Sedangkan jika memang nantinya terjadi bencana, lanjut Noldy, sudah ada prosedur yang akan dilakukan mulai dari mengevakuasi warga hingga penanganan dalam lokasi penampungan sementara. “Sesuai dengan mekanisme yang ada, Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang mengkoordinir berbagai instansi terkait dalam penanganan bencana ini,” pungkas Noldy. Yoseph Ikanubun

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.