Posted inArtikel /

Puluhan Perahu Nelayan Manado Hancur Dihantam Ombak

Manado, Ekuatorial – Hujan deras dan angin kencang yang menerjang Manado, Sulawesi Utara sejak Senin – Selasa (29 – 30/12), mengakibatkan puluhan perahu nelayan yang berada dipelabuhan rusak total.

Pantauan Ekuatorial di lokasi, sedikitnya tujuh perahu nelayan yang ditambatkan di sekitar kawasan reklamasi Megamas Manado, hancur dihantam ombak. Selain tersisa puing-puing badan perahu, para nelayan masih berharap bisa mendapatkan mesin perahu yang tenggelam di sekitar lokasi tambatan perahu tersebut.

“Nanti tunggu hujan reda, setelah air tidak keruh lagi, baru kita coba mencari mesin perahu yang tenggelam,” ujar Sonny Broo, Ketua Kelompok Nelayan Firdaus, Keluarahan Sario Tumpaan, Kecamatan Sario, Manado, yang ditemui di tempat kejadian, Selasa (30/12).

Menurut Sonny, ada sedikitnya tujuh perahu yang hancur dihantam ombak, dari total 30 perahu yang ditambatkan di lokasi itu. “Semua perahu di sini ada 30, dan dihantam ombak. Tapi tujuh yang benar-benar hancur dan tersisa puing-puing. Kami tidak bisa berbuat apa-apa, karena memang lokasi tambahan perahu yang dijanjikan oleh pemerintah sangat tidak layak untuk menampung perahu nelayan,” ujar Sonny, sambil menambahkan total jumlah nelayan yang ada di kawasan reklamasi Megamas itu sebanyak 70 orang.

Lanjut Sonny, sebelumnya telah ada kesepakatan dengan Walikota Manado, Vicky Lumentut yang menjanjikan akan membuat tambahan perahu sepanjang 110 meter dengan lebar 20 meter. “Namun yang direalisasikan hanya 60 meter panjang, dengan lebar tidak sampai 20 meter. Akibatnya tidak mampu menampung jumlah perahu kami. Selain itu ombak juga mampu menembus tambatan perahu tersebut, ujung-ujungnya perahu kami hancur,” papar Sonny.

Selain menghantam perahu-perahu nelayan, ombak dan angin kencang disertai hujan deras juga memporak-porandakan kawasan kuliner yang berada di bibir pantai Manado. Puluhan restoran roboh diterjang angin serta hempasan ombak.
Diketahui, kawasan perbelanjaan Megamas Manado dulunya merupakan pantai yang dijadikan tempat sandaran hidup bagi ratusan nelayan di beberapa kelurahan yang masuk dalam wilayah Kecamatan Sario dan Wenang.

Di akhir tahun 1990-an, Pemkot Manado memberikan ijin kepada pengembang untuk melakukan reklamasi di garis pantai sepanjang 1,5 kilometer tersebut. Akibatnya ratusan nelayan kehilangan tempat tambatan perahu mereka yang kini berdiri bangunan-bangunan megah berupa ruko dan pusat perbelanjaan. Untuk dapat melaut, para nelayan harus berjalan kaki sekitar 300 meter masuk ke kawasan reklamasi untuk menambatkan perahu mereka.

“Kondisi ini jelas sangat merugikan kami. Kalau dulu sebelum reklamasi, perahu kami tambatkan di dekat pemukiman kami. Jika ombak besar datang, kami cepat mengetahui dan segera mengangkat perahu tersebut. Tapi sekarang tambatan perahu ratusan meter jauhnya di daerah reklamasi. Perahu sudah keburu hancur dihantam ombak, sebelum kami tiba di lokasi,” pungkas Sonny, yang didampingi sejumlah nelayan.

Sementara itu, pihak Badan Metrologi, Klimatologi, dan Geofisika (BKMG) Manado mengeluarkan seruan bagi warga Manado dan sekitarnya untuk mewaspadai angin kencang. “Kita harapkan warga Sulawesi Utara agar waspada,” ujar staf BKMG Stasiun Samrat, Farid Mufti.

Lanjut dia, hujan yang terjadi karena saat ini sudah masuk ke musim hujan yang ditandai dengan aktifitas monsun asia sudah aktif. “Hujan yang terjadi karena dampak tidak langsung dari adanya depresi tropis yang merupakan tahap awal terbentuknya siklon tropis di Filipina. Secara tidak langsung depresi tropis di Filipina memberi pengaruh ke pertumbuhan awan hujan di Sulut cukup kuat,” ungkapnya.

Farid juga menambahkan, hujan terjadi masuk dalam kategori intensitas lebat, karena memiliki curah hujan lebih dari 50 milimeter (mm). Yoseph Ikanubun

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.