Delegasi untuk Uni Eropa mengadopsi Aras, anak gajah dari Kawasan Ekosistem Leuser, sebagai maskot untuk membangkitkan kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan dan penanganan perubahan iklim.
“Dengan masalah perubahan iklim yang semakin memprihatinkan, upaya menjaga keutuhan Kawasan Ekosistem Leuser menjadi semakin penting dan menjadi tanggung jawab mendesak kita,” ucap Kepala Bagian Kerja Sama dari Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia, Franck Viault, dalam siaran pers di Jakarta, Rabu (17/6). Menurut Viault, mengadopsi Aras merupakan simbol dari komitmen serta harapan Uni Eropa agar unit patroli gajah Aras Napal di Leuser, Aceh, berhasil.
“Aras kecil yang kami adopsi kurang dari dua minggu sebelum ulang tahun ke-7 melambangkan komitmen untuk membuat UPG Aras Napal sebuah kisah yang sukses,” ucap dia.
Dalam rangka Hari Diplomasi Iklim 2015, Uni Eropa juga hendak menyampaikan bahwa pelestarian dan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan merupakan investasi sosial ekonomi jangka panjang untuk generasi selanjutnya. Antara 1999 dan 2004, Uni Eropa ikut mendukung Program Pembangunan Leuser. Pada tahun 2000, program tersebut membentuk Unit Patroli Gajah yang mendatangkan gajah-gajah terlatih dari kawasan selatan Sumatera untuk mengawasi Hutan Aras Napal yang terletak di timur Kawasan Ekosistem Leuser.
Saat ini, unit patroli tersebut memiliki tiga gajah dewasa, yakni Aini, Tanti, dan Dion. Tanti melahirkan bayi gajah Aras pada 29 Juni 2008 yang kini diadopsi oleh Uni Eropa.
Adapun, Kawasan Ekosistem Leuser merupakan hutan hujan tropis seluas 2,6 juta hektare di Aceh dan Sumatra Utara. Kawasan tersebut kini termasuk dalam ekosistem kritis dunia, padahal keragaman hayati di sana tergolong penting.
Kawasan Ekosistem Leuser merupakan satu-satunya tempat di Bumi dengan areal yang cukup luas untuk menjamin kelangsungan hidup spesies langka, termasuk orangutan, harimau, gajah, dan badak.
Kawasan Ekosistem Leuser juga menyerap karbondioksida dalam jumlah besar sehingga membuatnya menjadi modulator kuat untuk iklim kawasan dan sebuah tempat penyerap karbon penting untuk menangani perubahan iklim.
Populasi Gajah sumatra telah berkurang menjadi 2.500 ekor akibat meningkatnya konflik antara satwa dan pertanian. Akibatnya, subspesies gajah Asia tersebut kini masuk dalam daftar spesies yang terancam punah. Antara