Minapadi, gabungan pola cocok tanam pertanian dan budidaya ikan dalam satu lahan terbukti lebih menguntungkan dan ramah lingkungan. Inovasi terus dikembangkan petani sebagai upaya meningkatkan ketersediaan, ketahanan, dan kemandirian pangan berkelanjutan.
Kementrian Keuangan RI menyebut, sektor konsumsi rumah tangga turun tajam dari 3,22% hingga 1,60% berdampak pada pemenuhan kebutuhan pangan akibat pandemi Covid-19.
Pembatasan Sosial Berskala Besar, pemutusan hubungan kerja, pemotongan upah dan gaji, penurunan profit mengakibatkan menurunnya pendapatan rumah tangga dan terbatasnya rantai pangan dan akses sumber pangan.
Sementara Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengungkap survei dampak pandemi terhadap ekonomi rumah tangga di 32 propinsi menunjukkan, 50 % rumah tangga kesulitan keuangan akibat pandemi Covid -19. Ekonomi rumah tangga yang anjlok mempengaruhi pemenuhan kebutuhan pangan rumah tangga.
Menghidupkan kembali inovasi teknologi pertanian melalui teknik budidaya minapadi, menjadi salah satu solusi meningkatkan pemenuhan ketersediaan dan ketahanan pangan.
Dengan sistem kluster minapadi dan usaha tani gabungan (combined farming), ketersediaan dan keberagaman pangan berbasis potensi sumber daya lokal meningkat. Integrasi pola cocok tanam pertanian dan budidaya ikan dalam satu lahan ini terbukti lebih menguntungkan dan ramah lingkungan dibandingkan pertanian konvensional.
Seperti cerita sukses kampung wisata minapadi Dusun Samberembe, Desa Candibinangun, Sleman, Yogyakarta, yang menjadi salah satu dusun pelopor sistem kluster minapadi. Suatu bentuk usaha tani gabungan untuk meningkatkan efisiensi lahan melalui budidaya beberapa komoditas pertanian.
Di lahan terbatas sekalipun, membuktikan minapadi dapat meningkatkan ketersediaan dan keberagaman pangan berbasis potensi sumber daya lokal. Sehingga mampu menjadi salah satu solusi untuk mendukung dan meningkatkan kemandirian, ketahanan pangan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat.