Polusi udara berdampak pada kesehatan reproduksi perempuan. Namun penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan, terutama di Indonesia.

Polusi udara tak hanya membebani ekonomi negara namun juga kesehatan masyarakat. Menurut laporan Vital Strategies, pada tahun 2010, terdapat 5,5 juta kasus penyakit yang berhubungan dengan polusi udara di Jakarta pada tahun 2010 dan  estimasi biaya perawatan medis dari kasus-kasus tersebut mencapai Rp38,5 triliun.

Demi memperjuangkan hak untuk menghirup udara bersih, pada tahun 2019 warga Jakarta  menggugat pemerintah melalui citizen lawsuit menuntut hak mendapatkan udara bersih. tedapat tujuh tergugat, mereka adalah Presiden RI, Menteri Lingkungan Hidup dan kehutanan, Menteri Kesehatan, Menteri Dalam Negeri, Gubernur DKI Jakarta serta Gubernur Jawa barat dan Gubernur Banten. 

Polusi udara menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti asma, kanker paru-paru, stroke, jantung, dan penyakit pernapasan kronis serta akut. Tidak sampai disitu. Salah satu penelitian di Tiongkok yang diterbitkan oleh Enviromental International Journal pada 2021, menjelaskan adanya peningkatan ketidaksuburan di wilayah dengan konsentrasi rata-rata PM 2.5 sebesar 56,8 mikrogram per meter kubik. 

PM 2.5 adalah partikulat halus yang berdiameter lebih kecil dari 2.5 mikrometer – 3% dari ketebalan rambut manusia – yang memudahkan partikel ini terhirup dan menembus jauh ke dalam paru-paru manusia.

Masih menurut laporan Vital Strategies, PM2.5 juga menyebabkan kelahiran tidak wajar dan kesehatan anak yang buruk, yang berpotensi mengganggu kesejahteraan dan produktivitas masyarakat sepanjang rentang hidup.

Menurut pantauan Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) di Kemayoran, Jakarta rata-rata konsentrasi PM 2.5 sebesar 49,07 mikrogram per meter kubik. Dan rekor tertinggi 148 mikrogram per meter kubik pada 15 Juni lalu

Liputan Kompas TV ini mencoba untuk mengupas dampak polusi udara terhadap perempuan, melalui pengalaman Ruth Dio (26 tahun), seorang ibu yang berprofesi sebagai reporter televisi swasta soal keguguran yang dia alami pada tahun 2022. Keseharian Dio yang dihabiskan di ruang terbuka diduga menjadi penyebab kegugurannya, berdasarkan diagnosa oleh dokter kandungan yang ditemui nya.

Kompas TV mengumpulkan beberapa pandangan untuk menguatkan diagnosa dokter kandungan yang Dio temui. Cepi Teguh Pramayadi, seorang dokter kandungan di Primaya Evasari Hospital di Jakarta Pusat menjelaskan kemungkinan polusi udara dapat berdampak pada sistem reproduksi wanita. 

Namun Cepi menambahkan penelitian mengenai dampak polusi udara terhadap reproduksi wanita masih terbatas dan sangat disayangkan oleh pihak medis dan peneliti. Mahalnya biaya penelitian, dan biaya publikasi yang harus ditanggung peneliti menjadi penyebab minimnya penelitian mengenai dampai polusi udara. 

Dari sisi kebijakan, Dirjen Pengendalian Pencamaran Udara Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan (KLHK), Luckmi Purwandari mengklaim upaya mereka mengendalikan polusi udara dari sumber bergerak dan tidak bergerak telah mampu menekan polusi udara Jakarta. 

Namun faktor perubahan iklim yang mempengaruhi musim kemarau menjadi lebih panjang ataupun musim hujan berkurang, ini membuat polusi udara tetap mengapung dan mengakibatkan peningkatan konsentrasi polutan yang masih tinggi. 

Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Bondan Andriyanu turut menyoroti permasalahan kesehatan akibat polusi udara di Jakarta yang tak kunjung selesai. Greenpeace juga menyambut baik temuan yang dialami Dio untuk membuka gugatan baru dan mengawal perkembangan serta proses hukum nya. 

Polusi udara jelas berdampak signifikan terhadap wanita dan kelompok rentan lainnya. Dibutuhkan studi lebih lanjut agar pemerintah mengembangkan kebijakan yang berpihak pada kesehatan publik. 

Liputan ini diproduksi dengan dukungan dari Internews’ Earth Journalism Network melalui program Clean Air Catalyst (Catalyst), yang merupakan program unggulan yang diluncurkan oleh U.S. Agency for International Development (USAID) dan dipimpin oleh kemitraan global berbagai organisasi termasuk World Resources Institute dan Environmental Defense Fund dan Internews.

Liputan ini pertama kali terbit di Kompas TV pada tanggal 4 Desember 2022.

About the writer

Glenys Octania

Glenys Octania is a broadcast journalist based in Jakarta, Indonesia. She has produced several in-depth reports on environment, energy, and climate issues and is continuing to deepen her knowledge and...

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.