Sasi merupakan larangan mengambil hasil sumber daya kelautan pada kurun waktu tertentu, sebagai upaya pelestarian dan menjaga populasi.

Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) mendorong pelibatan perempuan dalam perlindungan laut. Di Desa Kapatcol, Kecamatan Misool, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, pelibatan itu dilakukan melalui “sasi”, konservasi laut berbasis kearifan lokal.

Sasi merupakan larangan mengambil hasil sumber daya kelautan pada kurun waktu tertentu, sebagai upaya pelestarian dan menjaga populasi.

Hilda Lionata, Manajer Program Kelautan YKAN mengatakan, meski telah ada sejak lama namun lingkup kerja kearifan lokal sasi lebih didominasi kelompok laki-laki. Kemudian, melalui berbagai kajian, pihaknya coba mendorong kelompok perempuan untuk terlibat aktif melindungi laut di wilayah mereka.

Kepada perempuan-perempuan setempat, YKAN mengajarkan pemanenan selektif agar stok sumber daya kelautan dapat terjaga. Dampak lanjutannya, keberlangsungan kearifan lokal Sasi juga akan terjaga di masa depan.

“Kami dorong pemanenan selektif, ada batas ukuran, ambil yang dewasa, supaya bisa menjaga stok. Selain ukuran, kami atur alat tangkapnya. Tidak boleh bawa alat untuk ambil sebanyak-banyaknya. Hanya boleh ambil dengan tangan mereka. Hal-hal itu akan menjamin keberlangsungan dari praktik ini,” kata Hilda ketika mengisi salah satu sesi Green Press Community di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jakarta, Kamis (9/11/2023).

Sejak dibentuk tahun 2010, kelompok perempuan pengelola Sasi di Desa Kapatcol, telah berkontribusi pada pendapatan ekonomi warga desa. Hilda mencontohkan, melalui Sasi, spesies semacam teripang bisa bertambah hingga dua kali lipat.

Berlimpahnya sumber daya kelautan, pada gilirannya memberi pendapatan ekonomi, bukan saja bagi kelompok perempuan tapi juga untuk warga desa pada umumnya.

“Uang bisa diinvestasikan untuk pendidikan anak di desa,” ujarnya. “Mudah-mudahan ini bisa memberi energi positif. Bahwa perempuan, ketika diberi keempatan, mampu menjaga lingkungan.”

Saat ini, menurut Hilda, wilayah Sasi di Kapatcol, Kecamatan Misool, telah mencapai 215 hektare.

Green Press Community merupakan ajang perdana yang diorganisasi oleh Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia (The Society of Indonesian Environmental Journalists/SIEJ) guna menghimpun ide dan memantik gerakan bersama untuk melestarikan lingkungan hidup di Indonesia.

Berlangsung sejak Rabu (8/11), GPC menghadirkan berbagai learning session, talk show, dan konferensi yang melibatkan ratusan peserta dari berbagai kalangan, termasuk pers, organisasi non-pemerintah, dan mahasiswa.

About the writer

Sandy Pramuji

After graduating from Padjadjaran University, Sandy has been active in journalism. Starting as a repoter at The National News Agency (LKBN) Antara in 2003, he then helped developing an English language...

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.