Di tengah krisis iklim, beralih ke pekerjaan hijau menjadi keharusan. 98% orang muda percaya pekerjaan hijau (green jobs) memberikan peluang karier menarik.

Ketertarikan mahasiswa terhadap pekerjaan hijau (green jobs) yang ramah lingkungan terus tumbuh. Menurut riset Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Suara Mahasiswa (Suma) Universitas Indonesia (UI), 98% orang muda percaya bahwa green jobs memberikan peluang karier menarik.

Pemimpin Redaksi Suma UI Dian Amalia Ariani mengatakan, mini-riset tersebut yang dilakukan bersama dengan Yayasan CERAH Indonesia. Menurutnya, ketertarikan anak muda terhadap green jobs tidak terlepas dari kekhawatiran mengenai dampak krisis iklim dan degradasi lingkungan yang makin parah.

Saat mencari pekerjaan, mereka tidak hanya mempertimbangkan penghasilan, tetapi juga ingin pekerjaannya berdampak positif bagi lingkungan. Sayangnya, masih banyak hambatan yang dihadapi dalam mengakses green skills.

“Informasi tentang pekerjaan hijau saat ini masih kurang atau bahkan tidak dapat diakses,” ujar Dian, diakses dari laman UI, Kamis, 30 November 2023.

Pada diskusi bertajuk “Pekerjaan Hijau di Mata Anak Muda, Bagaimana Prospek Karier dan Tantangannya” di Ruang Apung Perpustakaan Pusat UI, Sabtu, 11 November 2023 itu Suma UI juga menghadirkan perwakilan dari pemerintah dan para praktisi lingkungan.

Mereka adalah Pelaksana Tugas Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Bappenas, Maliki; Senior Project Development Manager Akuo Energy, Dallih Warviyan; dan Manajer Kebijakan dan Advokasi Koaksi Indonesia, Azis Kurniawan.

Maliki menekankan bahwa pekerjaan hijau bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. Ia menyoroti berbagai manfaat yang dihasilkan dari pekerjaan hijau, seperti manfaat ekonomi, pengurangan emisi, dan peningkatan lapangan kerja.

Menurut Maliki, kebutuhan industri akan tenaga kerja hijau belum seimbang, sehingga hal itu menjadi peluang bagi anak muda untuk memainkan peran penting dalam menjembatani kesenjangan tersebut.

“Bappenas saat ini sedang menyusun peta jalan pengembangan sumber daya manusia menuju pekerjaan hijau. Dalam menghadapi krisis lingkungan dan iklim, transisi ke pekerjaan hijau diharapkan menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari dan menciptakan dampak positif yang signifikan. Ada kekhawatiran bahwa uang di green jobs itu tidak menjanjikan. Untuk sekarang mungkin belum, tetapi untuk 10–15 tahun ke depan karena semua akan green, itu akan lebih kompetitif,” ujar Maliki.

Prospek cerah pekerjaan hijau

Prospek cerah dari green jobs juga disampaikan oleh Dallih. Menurutnya, green jobs memiliki prospek yang cerah karena adanya berbagai pekerjaan baru yang muncul akibat krisis iklim.

Ada banyak pekerjaan hijau yang belum banyak diketahui khalayak, misalnya sustainability manager, wind turbine engineer, solar energy specialist, hingga environmental health and designer. Akan tetapi, ia mencatat bahwa peningkatan green jobs tidak sebanding dengan peningkatan green skills.

“Kebutuhan akan green jobs muncul dari industri baru, juga industri konvensional. Hanya saja, peningkatan green jobs naik 8% dalam durasi 5 tahun (2016–2021), namun tidak dibarengi dengan green skills yang hanya naik 6%. Jadi, demand-nya ada, supply-nya belum mencukupi,” kata Dallih.

Melihat tantangan tersebut, Azis menuturkan pentingnya sinergitas dari lembaga pendidikan dan pemerintah untuk mempromosikan pekerjaan hijau kepada masyarakat. Hal ini karena masih banyak miskonsepsi di kalangan mahasiswa dan masyarakat terkait pekerjaan hijau.

“Mahasiswa yang dekat dengan isu lingkungan masih banyak yang miskonsepsi, apalagi kalau kita menyurvei masyarakat umum, pasti lebih banyak lagi. Oleh karena itu, dibutuhkan program peningkatan kesadaran melalui kampanye, serta upaya penguatan melalui peraturan perundang-undangan,” kata Azis.

Diseminasi mini-riset dan diskusi publik mengenai pekerjaan hijau tersebut merupakan salah satu rangkaian dari acara Klinik Jurnalistik yang diadakan oleh Suma UI. Selain kegiatan tersebut, diselenggarakan pula Pameran Foto Jurnalistik bertajuk “Tersingkir di Balik Berita Populer: Membuka Jalan bagi Jurnalisme Lingkungan yang Berdampak” yang berlangsung pada 11–15 November 2023.

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.