Dampak perubahan iklim sudah terasa.
TEDxJakarta Countdown 2023 membicarakan solusinya.

Sebanyak 12 pembicara dari berbagai profesi berbagi cerita, pengalaman, dan solusi dalam mengatasi dampak perubahan iklim dalam acara TEDxJakarta Countdown 2023 yang diselenggarakan oleh TEDxJakarta di ruang Teater Wahyu Sihombing, Taman Ismail Marzuki, Sabtu (11/11).

“TEDxJakarta ingin mengajak publik untuk merefleksikan dampak buruk perubahan iklim yang nyata kita rasakan bersama. Kami ingin menginspirasi publik bahwa sejumlah individu yakni para pembicara ini punya kegelisahan yang sama dengan kita dan menuangkannya dalam gagasan dan langkah konkret dalam mengurangi dampak perubahan iklim,” kata Lead Curator Countdown by TEDxJakarta, Ivan Fauzan.

Ia mengatakan ada tiga sesi dalam TEDxJakarta Countdown 2023 yakni sesi TERRA, sesi CYCLE, dan sesi BEYOND.

Ketiganya dirancang berkesinambungan dengan tujuan untuk menuntun pemahaman publik tentang bagaimana kita berada di dunia saat ini dengan berbagai krisis akibat perubahan iklim. Selanjutnya bagaimana kegelisahan para pembicara dan pemikiran-pemikiran solutif untuk menghadapi sekaligus mengurangi dampak perubahan iklim.

Adapun Pembicara di sesi TERRA adalah Irvan Helmi (Co-Founder Anomali Coffee), Musrahmad Igun (Alam Siak Lestari) yang juga pemenang MIT Solve, Nadia Pratiwi (Co-Founder Nasi Peda Pelangi), dan Clarissa Nilistiani (Co-Founder Lana Daya). Pembicara di sesi CYCLE antara lain Kang Jai dan Teh Gea dari Perhutana, Habib Rab dari The World Bank, Mustika Wijaya (Founder & Executive Director Solar Chapter), dan Aryenda Atma (Founder & CEO Pable Indonesia).

Pembicara di sesi BEYOND adalah Cesar Jung-Harada (Associate Professor of Design Singapore Institute of Technology), Swietenia Puspa Lestari (Founder Divers Clean Action, Jakarta), Tanah Sullivan (Head of Sustainability GoTo), dan Nova Ruth Setyaningtias (Arka Kinari).

Irvan Helmi di sesi TERRA bercerita tentang kegelisahannya melihat tantangan petani kopi yang terdampak perubahan iklim. Perubahan iklim diyakini akan berdampak pada masa depan budidaya kopi di Indonesia sebab kopi merupakan tanaman yang sangat bergantung pada suhu dan pola curah hujan.

Ia mengatakan perubahan iklim seperti curah hujan yang tidak teratur, kenaikan suhu, kekeringan dan badai yang terjadi dapat mengganggu pertumbuhan tanaman kopi.

Selain itu, usia kopi di Indonesia yang relatif sudah tua, penyebaran hama dan penyakit, serta cara bertani yang sudah tidak sesuai lagi membuat kelestariannya akan terganggu akibat perubahan alam tersebut.

“Permintaan kopi di dunia saat ini sedang tinggi, kopi sedang mahal-mahalnya. Di saat yang sama, para petani sedang dihadapkan dengan perubahan iklim dan dampaknya pada tanaman kopi. Maka dengan perubahan iklim yang sedang terjadi, diperkirakan kopi akan punah di 2050 jika kita tidak melakukan apapun untuk mendorong Petani beradaptasi sekaligus mencari solusinya,” kata Irvan.

Ia melempar gagasan dan solusi yang tidak hanya menjamin masa depan minuman favorit dunia (kopi) namun juga memberdayakan komunitas di baliknya.

“Saya ingin mengajak kita semua mendorong gagasan relationships coffee yakni kedekatan hulu dan hilir yang kami percaya akan menyelesaikan banyak hal. Relationships Coffee adalah Adaptasi Lingkungan, Perubahan Lahan, dan Relokasi,” katanya.

Pada sesi CYCLE, Aryenda Atma mengurai cerita tentang dampak buruk industri fesyen bagi bumi. Limbah tekstil telah menjadi masalah besar yang tersembunyi di Indonesia. Setiap tahun, jutaan ton limbah tekstil berakhir di tempat pembuangan sampah, sungai, dan bahkan dibakar untuk menghemat biaya meskipun berdampak buruk terhadap lingkungan.

Atma mengeksplorasi tentang praktik-praktik berbahaya yang masih ada dalam pengelolaan limbah tekstil dan berusaha memahami cara pandang terhadap masalah ini. Menawarkan solusi menjanjikan melalui konversi bahan tetapi juga menciptakan dunia yang lebih sirkular dan berkelanjutan.

Ia menceritakan warga Desa Karangrejo Pasuruan yang bekerja menenun setiap harinya. Mereka menerima ratusan ton limbah tekstil secara berkala dan diproduksi ulang oleh warga sendiri dengan cara menenun.

Saat ini ada 20 orang yang menenun dari bahan limbah tekstil itu dan 2 di antaranya penyandang disabilitas. Upaya mereka adalah bagian dari solusi berkelanjutan yang inspiratif sekaligus solutif.

“Pertanyaannya, apa yang bisa kita lakukan untuk menjaga alam, namun kebutuhan sandang kita tetap terpenuhi? Jawabannya adalah kesadaran individu, kolaborasi, dan regulasi,” kata Atma.

Aryenda Atma (Founder & CEO Pable Indonesia) mengurai cerita tentang dampak buruk industri fesyen bagi dunia dalam acara TEDxJakarta Countdown 2023 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Sabtu (11/11). (Foto: Istimewa)

Perjuangan mengatasi perubahan iklim

Di sesi terakhir yakni sesi BEYOND, Cesar Jung-Harada mengajukan pertanyaan kritis dalam perjuangan menghadapi perubahan iklim, sudahkah kita melibatkan semua orang, terutama mereka yang paling terkena dampak perubahan iklim?

Cesar mengatakan bahwa dampak perubahan iklim menekankan dampak polusi yang tidak proporsional terhadap kaum muda, seperti anak-anak penderita asma.

Serta bagaimana perubahan iklim terutama kenaikan permukaan laut, berdampak buruk pada masyarakat pesisir dan masyarakat adat yang kemudian sering kali menyebabkan pengungsi iklim.

Saat mengajukan solusi, Cesar mengeksplorasi konsep kerja sama dengan generasi muda dan masyarakat adat untuk mengembangkan solusi iklim di Indonesia, khususnya melalui sistem inovatif ‘Balon Balon Ijo’ di kawasan Serangan, Bali.

“Melalui sistem ini, saya melihat hidrogen sebagai energi alternatif yang layak, mengatasi tantangan penyimpanan energi surya, dimana hidrogen dapat diproduksi secara lokal dan disimpan secara lokal di setiap komunitas,” katanya.

Countdown merupakan inisiatif global yang bertujuan meningkatkan literasi perubahan iklim demi membangun masa depan yang lebih baik dengan mengurangi setengah emisi gas rumah kaca pada tahun 2030 dalam perlombaan menuju dunia tanpa karbon.

TEDxJakarta berkomitmen untuk bergabung dengan gerakan yang fokus pada narasi iklim dan secara aktif menyelenggarakan acara Countdown by TEDxJakarta sejak peluncurannya di tahun 2020.

Ivan mengatakan TEDxJakarta Countdown 2023 menghadirkan para pembicara dari lintas profesi yang memiliki visi untuk masa depan yang lebih baik. Para pembicara telah melalui proses kurasi dan memiliki solusi yang konkret dalam mendorong resiliensi menghadapi perubahan iklim.

Para pembicara ini terdiri dari wirausaha perorangan, pembuat kebijakan, dan inovator di bidang keahliannya masing-masing.

“Semoga cerita dan solusi mereka dapat menginspirasi bahwa masing-masing dari kita dapat membuat perbedaan,” kata Ivan.

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.