Apa kata paslon Pilpres 2024 tentang polusi plastik? Greenpeace Indonesia mempertanyakan kebijakan Capres/Cawapres.
Sampah dan polusi plastik adalah masalah kita semua. Tapi, ternyata ada masalah yang lebih besar yaitu perlunya kebijakan menyeluruh untuk dapat mengurangi timbulan sampah itu sendiri. Bagaimana kandidat Pilpres 2024 merencanakan penanganan sampah di Indonesia?
Greenpeace Indonesia mempertanyakan, apakah Capres Cawapres yang menjadi kandidat Pilpres 2024 memikirkan tentang masalah sampah dan polusi plastik yang sudah darurat di Indonesia?
Menurut Greenpeace Indonesia, semua paslon Pilpres 2024 mempunyai sejumlah rencana dalam pengelolaan sampah dan polusi plastik. Namun, sampah dan plastik masih banyak dilihat sebagai permasalahan yang perlu perbaikan di hilir atau pascakonsumsi saja.
Apa kata paslon Pilpres 2024 tentang sampah dan polusi plastik?
Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (Anies – Imin)
1. Mendukung implementasi ekonomi sirkular dengan menerapkan prinsip 9R yaitu refuse, rethink, reduce untuk tahap desain produk; reuse, repair, refubrish untuk tahap distribusi dan konsumsi; serta remanufacture, repurpose, recycle untuk tahap produksi.
2. Memastikan tersedianya infrastruktur persampahan yang memenuhi standar dari hulu hingga hilir, serta memperbanyak infrastruktur yang mendukung ekonomi sirkular.
3. Menyediakan fasilitas persampahan dengan akses yang mudah dan biaya terjangkau.
4. Menjadikan Indonesia sebagai zona larangan impor sampah B3 dan mendorong Indonesia menjadi wilayah bebas kantong plastik.
Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka (Prabowo – Gibran)
1. Mengampanyekan budaya ramah lingkungan seperti mengganti penggunaan kantong plastik dengan bahan yang ramah lingkungan dan bisa didaur ulang.
2. Pemanfaatan bioplastik dalam kehidupan sehari-hari perlu diupayakan sesegera mungkin.
Ganjar Pranowo dan Mahfud MD (Ganjar – Mahfud)
1. Pengelolaan Lingkungan Hidup Berkelanjutan dengan gerakan kesadaran gaya hidup bebas sampah.
2. Kampung Sadar Iklim sebagai program promotif di tingkat kampung untuk menahan laju perubahan iklim, dengan fasilitas sanitasi dan drainase yang baik, ruang terbuka hijau, kawasan pejalan kaki, fasilitas publik, dan pengelolaan sampah yang terintegrasi.
3. Ekonomi Sirkuler yang meminimalkan kerusakan sosial dan lingkungan dengan ganyang plastik dan begrak polusi melalui pendekatan reduce, reuse, recycle, repair, and refabricate (5Rs).
4. Limbah Jadi Berkah atau pengelolaan sampah dan limbah yang terintegrasi dan ramah lingkungan agar berkah ekologi dapat terwujud. Mengubah sampah menjadi peluang tambahan penghasilan alternatif bagi rakyat alias berkah ekonomi (waste to cash).
Sampah dan polusi plastik hulu hingga hilir
Padahal masalah dan polusi plastik memerlukan penanganan yang lebih menyeluruh dari hulu hingga hilir. Produksi plastik kemasan buatan korporasi produk konsumen atau FMCG, misalnya, memerlukan kebijakan serius yang mengimplementasikan sistem guna ulang agar tidak menjadi timbulan sampah.
Beberapa catatan penting soal masalah sampah dan polusi plastik di Indonesia:
1. Data tahun 202 menunjukkan baru 39 persen sampah di Indonesia yang dapat terkelola. Sisanya berakhir dibakar, dibuang sembarangan, hingga bocor ke sungai dan laut. Dan hanya 10 persen saja yang terdaur ulang.
2. Data tahun 2022, Indonesia menghasilkan 35,93 juta ton timbulan sampah. Jumlah tersebut naik 22,04 persen secara tahunan (year on year) dari 2021 yang sebanyak 29,44 juta ton.
3. Sepanjang 2023, terdapat 35 Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Indonesia yang mengalami kebakaran
4. Implementasi Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 74 Tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produkses tidak berjalan dengan baik, transparan, dan sesuai target yang ditentukan.
Per Juni 2023, baru terdapat 42 produsen yang menyerahkan rencana peta jalan mereka. Berdasarkan pernyataan KLHK, ada lebih dari 5.000 produsen yang perlu menjalankan kewajiban pengurangan sampah ini.
5. Sektor limbah/persampahan menyumbang emisi gas rumah kaca nasional sebesar 12 persen atau setara 126.797 Gg CO2e.
Corporate Plastics Campaig Project Leader Greenpeace Indonesia Ibar Akbar mengatakan, para capres cawapres seharusnya membuat rencana yang mengedepankan hierarki pengelolaan sampah dari hulunya.
“Solusi yang hanya berfokus pada hilir (paskakonsumsi) tanpa dibarengi dengan proses di hulu (awal mula produksi plastik) tidak akan serta merta menyelesaikan masalah ini,” kata Ibar Akbar, dikutip dari Instagram Greenpeace Indonesia.
Hal ini harus dimulai dengan pengurangan produksi plastik sekali pakai khususnya sachet, berkomitmen mengawal implementasi peta jalan oleh produsen untuk mencapai target pengurangan sampah sebesar 30 persen di tahun 2023, hingga memperbaiki tata kelola sampah agar tidak lagi terjadi kebakaran berulang di TPA.
Greenpeace Indonesia menegaskan, masalah sampah dan polusi plastik, makin hari makin parah.
“Kalau kamu salah pilih pemimpin masa depan, masalah ini akan makin susah pulih! Salah pilih susah pulih,” demikian seruan Greenpeace Indonesia.
- Konsekuensi Mahkamah Konstitusi memerintahkan tidak menerbitkan peraturan pelaksana berkaitan UU KSDAHE
- Menavigasi pencemaran dan perjuangan hidup di tepi perairan Cilincing
- Belajar dari Kearifan Orangutan di Bentang Alam Wehea-Kelay, Kalimantan Timur
- BPKN: industri AMDK ‘kurang menghormati’ aturan label peringatan BPA
- Pengelolaan IPAL Sarimukti belum maksimal
- Perjalanan dari laut: mengapa wi-fi di kapal penangkap ikan jarak jauh penting?