Pada tahun 2007, Kota Tangerang pernah menyandang sebagai Kota Terkotor Seluruh Indonesia. Namun, stigma tersebut perlahan berubah, usai diperolehnya Adipura, penghargaan nasional bagi kota/kabupaten yang berhasil dalam mengelola lingkungan dan kebersihan perkotaan secara berkelanjutan.

Dilansir dari laman resmi pemerintahan, Kota Tangerang telah berhasil meraih 10 kali Adipura, yaitu pada tahun 2010 hingga 2018 secara berturut, dan 2022.

Namun, ternyata, kota Adipura atau julukan untuk Kota Terbersih ini tidak selaras dengan kenyataan yang ada di dalamnya. Banyak tumpukan sampah menggunung di beberapa titik. Pun, lainnya, TPS Liar merajalela di berbagai tempat.

Berdasarkan riset, pengangkutan sampah adalah salah satu proses pemindahan sampah ke tempat residu. Oleh sebab itu, transportasi yang digunakan untuk mengangkut sampah tersebut harus memadai dan sesuai dengan standar yang diterapkan untuk truk sampah.

Standar Nasional Indonesia mencatat bahwa alat pengangkut sampah harus dilengkapi dengan dengan penutup sampah, minimal dengan jaring, tinggi bak maksimum 1,6 meter, sebaiknya ada alat ungkit, kapasitas disesuaikan dengan kelas jalan yang akan dilalui, dan bak truk/dasar kontainer sebaiknya dilengkapi pengaman air sampah.

Kota Tangerang, memiliki 147 dump truck, atau truk sampah, yang beroperasi setiap harinya. Namun, mayoritas dari dump truck yang digunakan terlihat sudah usang dan tidak terawat.

Hal ini dibuktikan dengan banyak bak sampah yang sudah berlubang sehingga menyebabkan kebocoran air lindi. Bahkan, di jalan raya sekali pun, banyak truk sampah yang baknya sudah terlihat miring.

Mirza Shahreza selaku Pengamat Lingkungan menuturkan bahwa desain truk sampah yang diterapkan oleh Kota Tangerang belum memiliki standar. Pasalnya, armada yang digunakan adalah truk pasir.

Pengamat transportasi, Djoko Setijowarno, juga menyebutkan bahwa truk pasir yang digunakan untuk mengangkut sampah sangat tidak efektif. Banyak truk yang tidak dilengkapi dengan jaring atau penutup sehingga sampah kembali berterbangan di jalan raya.

Selain itu, banyak truk yang usang juga disebabkan dengan perawatan yang kurang baik. Air sampah yang memiliki sifat korosif tentunya menyebabkan bak truk harus selalu dicuci usai selesai beroperasi. Nyatanya, truk sampah Kota Tangerang tidak menjalankan perawatan tersebut.

Menghadirkan serangkaian wawancara dengan wakil masyarakat Kota Tangerang, pengamat transportasi, pengamat lingkungan, hingga staf dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang, penelitian tentang truk sampah Kota Tangerang bisa dibaca secara lengkap melalui tautan di bawah ini:

https://pengangkutsampah.vercel.app


About the writer

Jennifer Gouw

Jennifer Carorine Gouw is a journalism student at Multimedia Nusantara University. Since living in Tangerang City in 2005, Jennifer has often seen developments and changes in the environment where she...

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.