Rotan tumbuh memerlukan pohon sebagai pendukung. Rotan berkelanjutan memberi insentif kepada masyarakat untuk melestarikan dan merestorasi hutan.

Rotan tumbuh memerlukan pohon sebagai pendukung. Rotan berkelanjutan memberi insentif kepada masyarakat untuk melestarikan dan merestorasi hutan.
Rotan berkelanjutan memberi insentif kepada masyarakat untuk melestarikan dan merestorasi hutan. (Foto: WWF)

Rotan yang diproduksi secara berkelanjutan kini menjadi salah satu solusi efektif dalam melindungi habitat satwa liar sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Di Kalimantan Tengah, sebuah kabupaten di pulau Kalimantan, telah mencatatkan sejarah sebagai lokasi kedua di dunia yang memproduksi rotan dengan sertifikasi Forest Stewardship Council (FSC).

Langkah menjaga rotan berkelanjutan tidak hanya memberikan dampak positif bagi lingkungan tetapi juga bagi mata pencaharian lebih dari 200 petani rotan lokal.

Kelompok Petani Rotan Katingan (P2RK) telah mendapatkan sertifikasi FSC setelah bekerja sama dengan World Wildlife Fund (WWF) selama beberapa tahun. Sertifikasi ini mengakui bahwa rotan yang mereka hasilkan memenuhi standar keberlanjutan yang ketat, menjadikannya produk yang ramah lingkungan.

Rotan adalah tanaman palem merambat yang banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti mebel dan kerajinan tangan, serta mendukung industri global yang bernilai lebih dari US$4 miliar per tahun. Mengingat rotan tumbuh memerlukan pohon sebagai pendukung, hal ini memberi insentif kepada masyarakat untuk melestarikan dan merestorasi hutan. Inilah makna rotan berkelanjutan.

Namun, rendahnya harga yang diterima oleh pemanen rotan sering kali membuat mereka beralih ke alternatif lain yang lebih menguntungkan.

“Karena mereka tidak mendapatkan keuntungan ekonomi yang memadai, beberapa petani telah menjual ladang rotan mereka kepada perusahaan kelapa sawit atau mengalihfungsikannya untuk tanaman lain seperti pisang, sayuran, atau karet. Penambangan emas ilegal juga menjadi pilihan karena memberikan uang tunai cepat, meskipun ini merupakan ancaman besar bagi lingkungan di Katingan,” kata Joko Sarjito, Manajer Global Forest & Trade Network (GFTN) WWF Indonesia, dalam keterangan resmi yang diakses Kamis, 8 Agustus 2024.

Rotan berkelanjutan, konservasi hutan

Dengan sertifikasi FSC, petani P2RK kini berada dalam posisi yang lebih baik untuk mendapatkan harga yang lebih tinggi dari pasar global. Penelitian WWF menunjukkan bahwa produsen bersertifikat FSC, terutama yang kecil di negara-negara tropis, mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak bersertifikat.

“Wilayah tempat P2RK beroperasi diidentifikasi sebagai hutan dengan Nilai Konservasi Tinggi (NKT). Oleh karena itu, melindungi wilayah ini dengan pengelolaan rotan yang bertanggung jawab sangatlah penting,” ujar Sarjito.

Sertifikasi FSC pada hasil hutan bukan kayu (HHBK) di Indonesia menandai pencapaian penting dalam pengelolaan sumber daya alam. Hutan dipterokarpa yang ada di wilayah ini merupakan habitat bagi orangutan, primata, dan burung-burung endemik lainnya. Menjaga habitat ini sangat penting karena sebagian besar orangutan yang terancam punah di Kalimantan hidup di luar kawasan lindung.

Oscar Sukah, Sekretaris Jenderal P2RK, menambahkan, “Jika pohon-pohon terganggu atau ditebang, maka pertumbuhan rotan akan terganggu dan kualitasnya akan menurun. Para petani berpartisipasi dalam menjaga dan melestarikan hutan untuk mempertahankan sertifikasi.”

WWF-Indonesia mulai bekerja sama dengan P2RK pada tahun 2011 untuk mempersiapkan mereka mendapatkan sertifikasi. Proses ini melibatkan pendaftaran kepemilikan lahan secara legal, survei untuk menentukan volume rotan yang dapat dipanen secara berkelanjutan, dan penerapan sistem pencatatan pemanenan dan pengangkutan. Saat ini, P2RK memiliki sistem pelacakan yang memungkinkan rotan dilacak dari ladang hingga ke pabrik pengolahan.

Dalam hal kapasitas, 209 anggota P2RK kini dapat memanen maksimal 29 ton rotan kering per bulan dari lahan seluas 691 hektar. Untuk menjaga keberlanjutan, tanaman hanya dapat dipanen setiap dua tahun sekali setelah mencapai usia dewasa dan harus ditebang secara selektif. Dalam lima tahun ke depan, P2RK diperkirakan akan mengelola 11.791 hektar dengan produksi mencapai 474 ton berat kering per bulan.

Sarimanto, salah satu anggota P2RK, mengatakan, “Dengan adanya sertifikasi, ada peningkatan nilai produk rotan sehingga petani merasa aman dan menjaga kebun rotan mereka. Ini memungkinkan mereka untuk menyekolahkan anak atau membangun rumah.”

Proyek ini juga didukung oleh IKEA, yang memanfaatkan rotan dalam lebih dari 100 produknya. IKEA, melalui kemitraannya dengan WWF, telah memutuskan untuk memasukkan rotan ke dalam cakupan standar kehutanannya mulai awal tahun 2018.

Mikhail Tarasov, Manajer Kehutanan Global IKEA, menyatakan, “Kami berharap bersama-sama dapat mengamankan pasokan rotan yang dapat dilacak dan berkelanjutan. Dengan mendukung proyek-proyek seperti ini, kami dapat meningkatkan mata pencaharian petani dan memastikan keberlangsungan hutan.”

Inisiatif ini menunjukkan bahwa produksi rotan yang berkelanjutan tidak hanya berkontribusi pada pelestarian lingkungan tetapi juga memberikan manfaat ekonomi yang signifikan bagi komunitas lokal. Dengan adanya sertifikasi FSC dan dukungan dari berbagai pihak, masa depan rotan di Kalimantan Tengah tampak lebih cerah, membawa harapan untuk keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan petani.

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.