Dukungan perbankan di Indonesia terhadap pengurangan dampak negatif terhadap lingkungan dan sosial masih sangat terbatas.
Laporan Sustainable Banking Assessment (SUSBA) ke-7 yang dirilis oleh World Wildlife Fund (WWF) menyoroti rendahnya integrasi risiko lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) dalam sektor perbankan Indonesia.
SUSBA 2023 mencakup 11 bank di Indonesia, termasuk bank swasta dan BUMN, yang merupakan jumlah tertinggi di kawasan ASEAN dan Asia Timur. Meski terdapat penambahan tiga bank baru, yaitu BTPN, BSI, dan Bank Danamon, perhatian terhadap risiko dampak alam dan keanekaragaman hayati terhadap kinerja keuangan masih sangat minim.
Laporan SUSBA mencatat bahwa dari 11 bank yang dinilai, hanya empat bank yang telah berkomitmen untuk mencapai target net zero: BRI dan BTPN pada 2050, serta BCA dan BNI pada 2060. Meskipun ada kemajuan, seperti penghitungan emisi gas rumah kaca (GRK) oleh BCA dan BRI, hanya BRI yang telah menerapkan Science-based Target Initiative (SBTi).
Namun, dukungan perbankan terhadap pengurangan dampak negatif terhadap lingkungan dan sosial masih sangat terbatas, dengan hanya 5% yang menyatakan komitmen nyata.
“Target net zero tidak akan tercapai tanpa langkah konkret untuk menjaga kondisi lingkungan. Sayangnya, dukungan perbankan untuk mengurangi dampak negatif terhadap alam dan sosial masih sangat minim,” ungkap Dewi Rizky, Chief Conservation Officer WWF-Indonesia, diakses dari laman resmi, Rabu, 7 Agustus 2024.
“Bank perlu meningkatkan kapasitas untuk mengidentifikasi dan mengelola risiko utama, yakni perubahan iklim dan kerusakan lingkungan, serta berperan aktif dalam meningkatkan ketahanan sektor-sektor lain terhadap perubahan iklim,” tambah Dewi.
Indonesia secara geografis rentan terhadap perubahan iklim. Skor data kerentanan perubahan iklim ND-GAIN 2021 menunjukkan bahwa negara ini memerlukan penguatan aksi iklim.
Risiko tersebut tidak hanya berdampak pada sektor publik, tetapi juga pada sektor swasta, termasuk perbankan. Dinamika regulasi global, perkembangan teknologi, dan perubahan kondisi pasar menjadi tantangan besar.
“Kinerja bank sebagai lembaga intermediasi keuangan tidak luput dari paparan risiko perubahan iklim. Perubahan pasar dan kebijakan terkait bahan bakar fosil, misalnya, menjadi risiko yang perlu diperhitungkan pihak perbankan,” kata Dewi Rizky.
“Oleh karena itu, bank perlu memperkuat kapasitas mereka dalam mengelola risiko ini dan turut berperan dalam memitigasi dampak terhadap sektor-sektor lain,” jelasnya.
Dukungan terhadap usaha kecil dan menengah
SUSBA 2023 juga mengungkapkan bahwa dukungan bank terhadap usaha kecil dan menengah (UKM) untuk bertransisi menuju praktik berkelanjutan masih sangat terbatas, mencapai 27%.
Padahal, data dari OJK dan BPS menunjukkan rasio kredit ke UKM mencapai 12,38% dari total aset perbankan pada 2023. Tanpa dukungan yang memadai, industri padat karya yang umumnya merupakan sektor rentan terhadap perubahan iklim akan semakin terabaikan.
“Perbankan Indonesia perlu meningkatkan upaya mereka dalam kebijakan dan prosedur agar nasabah, khususnya UMKM, memiliki rencana mitigasi yang jelas untuk mencapai target Perjanjian Paris,” kata Rizkia Sari Yudawinata, Sustainable Finance Lead WWF-Indonesia.
“Industri kecil dan menengah yang terlibat dalam rantai pasok patut mendapat perhatian ekstra karena mereka umumnya padat karya dan menjadi kelompok yang rentan terhadap risiko perubahan iklim,” imbuh Rizkia.
Kapasitas dan tantangan
Salah satu temuan positif dari laporan SUSBA adalah manajemen tertinggi di perbankan, seperti Direksi dan Komisaris, sudah mulai memiliki fungsi dan tanggung jawab dalam mengelola risiko ESG dan perubahan iklim.
Namun, laporan tersebut juga menunjukkan bahwa kapasitas bank dalam mengukur dan mengelola risiko tersebut masih sangat minim dan memerlukan peningkatan yang signifikan.
Meskipun terdapat beberapa langkah positif, sektor perbankan Indonesia masih jauh dari memprioritaskan risiko lingkungan dan keanekaragaman hayati dalam strategi keuangan mereka. Perbankan di Indonesia perlu berkomitmen lebih jauh untuk menghadapi tantangan ini dan memperkuat upaya mereka dalam mendukung keberlanjutan lingkungan.