Lonjakan sampah Ramadan mendorong kampanye pengurangan limbah, mengajak Gen Z menerapkan puasa plastik sekali pakai demi lingkungan.
Lonjakan sampah selama Ramadan, terutama sisa makanan dan plastik sekali pakai, menjadi perhatian komunitas lingkungan di Surabaya. Menyikapi hal tersebut, ECOTON, Aksi Biroe, dan Six for Nature menggelar aksi simbolik di depan Gedung Negara Grahadi, Surabaya (26/2).
Kampanye ini bertujuan meningkatkan kesadaran akan dampak pola konsumsi berlebihan selama bulan puasa serta mendorong perubahan perilaku yang lebih ramah lingkungan. Dalam aksi ini, para peserta membawa poster berisi ajakan kepada masyarakat untuk lebih bijak dalam mengelola konsumsi guna mengurangi timbunan sampah.
Data terbaru dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) tahun 2024 menunjukkan bahwa sisa makanan atau food waste menjadi komposisi sampah terbesar di Indonesia, mencapai 39,22%. Sampah plastik menyusul dengan persentase 19,76%.
Di Jawa Timur, angka sampah makanan bahkan lebih tinggi, mencapai 46,93%. Surabaya, kota besar yang menjadi pusat ekonomi, tercatat sebagai kontributor terbesar kelima untuk sampah makanan di Jawa Timur dengan persentase 55,48%, serta penyumbang sampah plastik terbesar ketiga dengan persentase 22,01%.
Fenomena ini menandakan betapa mendesaknya kebutuhan untuk merubah pola konsumsi dan pengelolaan sampah di Indonesia, khususnya di kota-kota besar seperti Surabaya. Dengan semakin banyaknya produk plastik sekali pakai yang digunakan, serta tingginya angka sampah makanan yang terbuang sia-sia, perubahan perilaku di tingkat masyarakat sangat diperlukan.
Ancaman Serius Sampah Plastik
Sampah plastik mengandung zat kimia berbahaya seperti bifenil poliklorinasi dan pestisida yang dapat mencemari air serta merusak ekosistem makhluk hidup. Masuknya plastik dan mikroplastik ke dalam rantai makanan tidak hanya berdampak pada hewan perairan tetapi juga manusia yang mengonsumsinya. Keberadaan mikroplastik dalam tubuh manusia dapat menyebabkan inflamasi hingga kerusakan organ.
Penelitian telah menemukan mikroplastik dalam 15 organ tubuh manusia, termasuk darah, jantung, ginjal, paru-paru, otak, plasenta, air susu ibu (ASI), pembuluh darah, dan feses. Bahkan, bayi dalam kandungan telah terpapar mikroplastik melalui makanan dan minuman yang dikonsumsi ibunya.
Mikroplastik berbahaya bagi tubuh manusia karena dapat mengurangi fungsi otak, mempengaruhi pertumbuhan, mengganggu sistem reproduksi, serta menghambat produksi enzim dalam tubuh.
Penelitian dari Universitas Indonesia dan Greenpeace menunjukkan bahwa paparan mikroplastik dapat menurunkan fungsi kognitif otak, di mana individu yang terpapar dalam jumlah besar memiliki risiko 36 kali lebih tinggi mengalami gangguan kognitif.
Temuan dari ECOTON juga menunjukkan adanya partikel mikroplastik dalam feses manusia. Hal ini membuktikan bahwa plastik yang dikonsumsi melalui makanan dan minuman tidak dapat terurai meskipun telah melalui proses pencernaan yang panjang.
Mikroplastik kini telah merajalela di mana-mana dan menjadi bagian dari kehidupan manusia. Jika tidak segera ditangani, bukan harta atau lahan yang akan diwariskan ke generasi mendatang, melainkan plastik sebagai warisan menuju “Indonesia Lemas 2050”.
Ramadhan, Saatnya Puasa Plastik Sekali Pakai
Bulan Ramadaan adalah momen penuh berkah bagi umat Muslim untuk meningkatkan ibadah, berbuat kebaikan, dan menumbuhkan empati terhadap sesama. Selain itu, Ramadhan juga menjadi kesempatan untuk lebih peduli terhadap lingkungan dengan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.
Sayangnya, selama bulan Ramadan, terutama saat berbuka puasa, konsumsi plastik sekali pakai seperti kantong plastik, sedotan, dan kemasan makanan meningkat drastis, yang berkontribusi pada pencemaran lingkungan.
Puasa plastik merupakan langkah konkret untuk mengurangi atau bahkan menghentikan penggunaan plastik sekali pakai. Kebiasaan sederhana seperti membawa tumbler, wadah makanan yang dapat digunakan kembali, dan tas kain dapat memberikan dampak besar.
Selain bermanfaat bagi lingkungan, langkah ini juga dapat menginspirasi orang lain untuk melakukan hal serupa. Ramadhan adalah momentum tepat untuk memulai perubahan kecil yang berdampak besar, tidak hanya bagi kesehatan tubuh tetapi juga untuk keberlanjutan bumi.
“Sampah menjadi problematika di setiap lini kehidupan. Berbagai permasalahan hingga tragedi akibat sampah plastik tak kunjung tuntas, sementara jumlahnya terus bertambah setiap tahun. Sebagai Gen Z, generasi muda yang didorong sebagai agent of change, kita harus bertindak tegas dalam mengurangi sampah, terutama plastik,” ujar Khansa, mahasiswa Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya.
Ia menekankan bahwa upaya pengurangan sampah tidak boleh sekadar menjadi seremonial semata, tetapi harus diwujudkan dalam aksi nyata. “Kami tidak ingin ini hanya menjadi perayaan belaka, tetapi harus ada aksi nyata. Gen Z harus memulai pengurangan plastik dengan menerapkannya selama bulan Ramadan ini melalui puasa plastik sekali pakai,” tambahnya.
Aksi Nyata yang Harus Dilakukan
Untuk mengatasi permasalahan ini, kami mendorong masyarakat dan pemerintah untuk mengambil langkah-langkah berikut:
- Mencegah Timbulan Sampah dengan Menggunakan Wadah Secukupnya
Masyarakat harus mengurangi penggunaan produk, wadah, dan kemasan sekali pakai, khususnya plastik seperti sedotan, kantong belanja, botol plastik, dan styrofoam. - Belanja Tanpa Kemasan dan Mengutamakan Refill
Konsumen diharapkan memilih produk tanpa kemasan atau menggunakan sistem isi ulang (refill), serta membawa wadah sendiri saat berbelanja. - Memilah Sampah dari Rumah
Pemilahan sampah sejak dari rumah sangat penting untuk pengelolaan yang lebih baik. Sampah perlu dipisahkan berdasarkan jenisnya, seperti plastik, kertas, logam, dan kaca. - Menghabiskan Makanan
Mengingat sisa makanan adalah komposisi utama sampah di Indonesia, masyarakat perlu membiasakan diri untuk mengambil makanan secukupnya dan menghabiskannya tanpa sisa. - Mengomposkan Sisa Makanan
Sisa makanan seperti potongan sayur dapat diolah menjadi kompos menggunakan ember, gerabah, komposter, lubang resapan biopori, atau diproses menjadi eco enzyme. - Menghentikan Produksi Plastik Murni (Virgin Plastik) pada Tahun 2030
Pemerintah harus mendorong pengurangan produksi plastik murni untuk menekan polusi plastik di masa depan. - Mendorong Industri untuk Menyediakan Produk dengan Sistem Isi/Guna Ulang
Produsen harus beralih ke sistem refill dan kemasan yang dapat digunakan kembali untuk mengurangi limbah plastik. - Mendukung Penerapan Standar Baku Mutu Cemaran Mikroplastik pada Bahan Pangan dan Air/Lingkungan
Regulasi terkait baku mutu cemaran mikroplastik harus diterapkan untuk melindungi kesehatan masyarakat. - Meningkatkan Transparansi Industri terkait Kandungan Bahan Kimia dan Risiko Mikroplastik dalam Produk Kemasan
Perusahaan harus memberikan informasi yang jelas mengenai kandungan plastik dan potensi risiko mikroplastik dalam produk mereka. - Memperbaiki Sistem Pengumpulan, Penyortiran, dan Pengelolaan Sampah di Tingkat Lokal
Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama dalam meningkatkan infrastruktur pengelolaan sampah agar lebih efektif dan berkelanjutan.
Mari bersama-sama menjadikan Ramadan ini sebagai momentum perubahan menuju lingkungan yang lebih bersih dan sehat. Setiap langkah kecil yang kita lakukan hari ini akan membawa dampak besar bagi masa depan generasi mendatang.
- Bahaya bahan kimia plastik pada kesehatan, peneliti Unpad kembangkan plastik ramah lingkunganLebih dari 13.000 jenis bahan kimia plastik digunakan secara global. Dari jumlah tersebut, lebih dari 3.200 bahan berbahaya bagi kesehatan.
- Warga Dairi mendesak KLHK patuh pada putusan Mahkamah AgungPerusahaan tambang di Kabupaten Dairi, Sumatera Utara masih beroperasi tanpa persetujuan lingkungan yang sudah dibatalkan Mahkamah Agung.
- Masjid Al Muharram Brajan gunakan panel surya, teladan transisi energi bersihPanel-panel surya mampu mengurangi emisi karbon. Listrik yang ada saat ini dihasilkan energi kotor batu bara.
- Deforestasi Memicu Krisis Ekologis dan Merusak Keanekaragaman Hayatidi Sumatera UtaraKerusakan hutan di Sumatera Utara menunjukkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Eksekutif Daerah Sumatera Utara mengungkap bahwa deforestasi merupakan penyebab utama rusaknya ekosistem hutan di berbagai kabupaten. Dalam laporan berjudul “Ribak! Risalah Bumi Para Ketua”, WALHI Sumut mencatat kerusakan hutan terjadi di Tanah Karo, Tapanuli Selatan, Dairi, Tapanuli Utara, Toba, Simalungun,… Baca selengkapnya: Deforestasi Memicu Krisis Ekologis dan Merusak Keanekaragaman Hayatidi Sumatera Utara
- WALHI mengkritik proyek panas bumi tidak melibatkan rakyatWahana Lingkungan Hidup Indonesia Eksekutif Daerah Nusa Tenggara Timur (WALHI NTT) menyampaikan kritik tajam terhadap kebijakan pengembangan panas bumi (geothermal) yang dilakukan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di Pulau Flores. WALHI menilai kebijakan tersebut tidak melibatkan masyarakat secara langsung dan sarat dengan pendekatan top-down yang bertentangan dengan semangat desentralisasi. Pernyataan ini disampaikan… Baca selengkapnya: WALHI mengkritik proyek panas bumi tidak melibatkan rakyat
- Food Estate, jalan lama yang mengkhawatirkan bagi para petaniPemerintah menempatkan ketahanan pangan sebagai prioritas utama dalam strategi pembangunan nasional. Indonesia ditargetkan mampu mencapai swasembada pangan dalam empat hingga lima tahun ke depan. Namun, langkah ambisius ini kembali menempatkan kebijakan food estate sebagai andalan utama, kebijakan yang justru menyimpan rekam jejak penuh masalah di masa lalu. Kebijakan food estate sejatinya bukan hal baru. Program… Baca selengkapnya: Food Estate, jalan lama yang mengkhawatirkan bagi para petani