Laporan Auriga Nusantara menunjukkan deforestasi di Indonesia meningkat pada tahun 2024, mencapai 261.575 hektar.
Bethriq Kindy Arrazy merupakan jurnalis lepas yang berbasis di Bogor. Sesekali nulis esai dan kolom di sejumlah media nasional. Sederet karya jurnalistiknya pernah dimuat di Majalah TEMPO, Warta Ekonomi dan apahabar.com. Di waktu senggangnya selain menulis untuk Ekuatorial.com, juga turut mengelola apakabar.co.id. Saat ini aktif berhimpun di Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta dan berserikat di Serikat Pekerja Media dan Industri Kreatif untuk Demokrasi (SINDIKASI) Jabodetabek.
![Perusahaan pengembangan panas bumi PT Sejahtera Alam Energy (SAE) akan mulai mengebor sumur keduanya untuk proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi Baturraden/Gunung Slamet di Jawa Tengah. [thinkgeoenergy]](https://www.ekuatorial.com/wp-content/uploads/2024/12/Baturaden_drillingrig_CentralJava_Indonesia-1-800x600.avif)
Pengembangan energi panas bumi di Indonesia harus perhatikan lingkungan dan sosial
Ekspansi pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) tak terbendung. Penolakan di sejumlah daerah semakin meluas.

Melihat pengalaman Australia di fase transisi energi
Sebagai negara kepulauan, dampak perubahan iklim di Indonesia dikhawatirkan lebih besar dibandingkan Australia yang terdampak cuaca terpanas.

Politik kebijakan cenderung koruptif jadi penyebab melambat transisi energi di Indonesia
Sistem politik di Indonesia berbiaya tinggi. Politisi yang kemudian terpilih menjadi pejabat akan menggantinya dengan konsesi lahan.

Pemberitaan transisi energi masih didominasi elite
Transisi energi erat kaitannya dengan krisis iklim yang terjadi saat ini. Isu ini mesti didekati dengan kritis .