Jakarta, EnergiToday — Rumah adalah salah satu dari kebutuhan primer manusia, pertambahan penduduk yang diperkirakan mencapai 9 milyar di tahun 2050 mendatang turut mendorong permintaan akan bangunan dan lahan.

Sayangnya, bangunan dapat memiliki konsentrasi beberapa polutan yang dua sampai lima kali lebih tinggi dari konsentrasi luar biasa, menurut US Environmental Protection Agency (EPA). Polutan ini bisa datang dalam bentuk penuaan infrastruktur, AC portabel, ventilasi yang buruk atau bentuk lainnya.

Karena itu, bangunan akan  lebih dibutuhkan untuk memenuhi peningkatan permintaan untuk kualitas lingkungan dalam ruangan untuk pertumbuhan populasi, terutama di negara-negara berkembang dan daerah perkotaan seperti Bangkok, Jakarta dan Istanbul.

Centers of Disease Control and Prevention (CDC) mendefinisikan Indoor Environmental Quality (IEQ) sebagai kualitas lingkungan bangunan dalam kaitannya dengan kesehatan dan kesejahteraan mereka yang menempatinya. Bangunan dengan IEQ tinggi juga umumnya hemat energi, yang secara dramatis dapat mengurangi total biaya operasional bangunan perumahan dan komersial.

Pembangunan green building dapat dimulai dengan merenovasi bangunan yang sudah ada. Menurut EPA, bangunan yang ada kini mengkonsumsi hampir sepertiga dari listrik, dan menghasilkan hingga 20 persen dari emisi gas rumah kaca.

Tidak hanya merenovasi dan menggunakan kembali persediaan yang ada bangunan di seluruh dunia keputusan ramah lingkungan, itu juga merupakan peluang ekonomi. Biasanya, renovasi bangunan memerlukan lebih banyak tenaga kerja dan menggunakan bahan bangunan, yang merupakan keuntungan bagi lingkungan dan ekonomi lokal.

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.