Tejadinya stagnasi kenaikan suhu bumi selama lima tahun terakhir, kemungkinan besar disebabkan oleh pemanasan secara perlahan yang terjadi di laut-laut dalam, demikian kesimpulan para pakar iklim dari Inggris. Meskipun stagnasi terjadi dalam lima tahun terakhir, tetapi suhu bumi selama tahun 2000—2012 tetap dicatat sebagai 14 tahun terpanas dalam sejarah bumi.
Menurunnya laju pemanasan global juga disebabkan oleh solar minimum yaitu berkurangnya tingkat aktivitas matahari seperti yang terjadi tahun 2008/2009, dan terjadinya beberapa letusan gunung seperti Eyjafjallajökull di Islandia tahun 2010.
Direktur Penelitian Iklim pada National Centre for Atmospheric Research di Reading University, Inggris, Prof Rowan Sutton mengatakan bahwa stagnasi ini merupakan penundaan antara 5 sampai 10 tahun. Ia menyarankan perlunya penelitian yang lebih mendalam tentang dampak pemanasan terhadap samudra dunia, karena data yang dikumpulkan hanya selama 10 tahun terakhir. Menurutnya, kenaiak suhu air laut tidak hanya berdampak negatif bagi biota laut, tetapi juga dapat menaikkan muka air laut, karena pemanasan dapat menyebabkan badan air laut mengembang sehingga bertambah luas.
Laut memang dikenal sebagai salah satu penyerap panas terbesar di bumi. Dalam waktu jutaan tahun, proses penyerapan panas matahari itu terus disirkulasikan secara bertahap menuju ke laut bagian dalam lautan. Para peneliti umumnya sepakat bahwa kenaikan suhu bumi sebesar 1 derajat Celcius menyebabkan kenaikan muka air laut setinggi 2 meter. Selama abad ke-20, kenaikan itu hanya mencapai 0,2 meter dan prediksi kenaikannya sampai tahun 2100 kurang dari 2 meter.
Peter Clark paleontologist dari Oregon State University menyatakan, bila suhu bumi naik 4 derajat Celcius, maka 50% kenaikan muka air laut akan disumbangkan oleh es di Benua Antartika. IGGM (dari berbagai sumber)