“Perusahaan ini (Antam) harus tetap ada.”

Begitulah yang dikatakan Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya pada kunjungannya ke tambang emas PT Antam di Pongkor, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (4/11). Pasalnya Balthasar merasa Antam—yang sejak 2006 menyandang PROPER Hijau dan Biru berturut-turut—merupakan perusahaan tambang yang clean, clear, dan green. Artinya, dalam pengelolaan lingkungan, Antam memerhatikan pemanfaatan sumber daya alam, pemanfaatan limbah non B3 atau Bahan Berbahaya dan Beracun, pengembangan masyarakat, dan pelestarian keanekaragaman hayati.

“Saya sebagai pemerintah harus memastikan bahwa industri ini berjalan sesuai peraturan pengelolaan lingkungan hidup, memastikan bahwa unit bisnis Antam di Pongkor ini berjalan dengan baik tapi lingkungan juga terjaga,” ujar Balthasar membuka pidato kunjungannya.

Direktur Operasional Antam, Tedy Badrujaman, mengatakan bahwa Antam memerhatikan pemanfaatan emas dengan efisien dan menggunakan sistem underground mining atau tambang bawah tanah. Pengelolaan limbah air dilakukan dengan adanya Water Treatment Plant untuk mengolah air limbah tambang untuk penggunaan domestik, sehingga mengurangi konsumsi perusahaan terhadap air desa atau sungai. Sedangkan, untuk limbah B3 dilakukan detoksifikasi Sianida (Cn) dan pengeringan. Tedy juga menjelaskan bahwa dalam pengembangan masyarakat, Antam memberi dukungan pertanian, peternakan, infrastruktur, dan kesehatan untuk masyarakat sekitar, serta memberikan beasiswa untuk siswa kebidanan. Beberapa penerima dukungan tersebut pun turut hadir dalam acara.

Antam memiliki Pusat Penelitian dan Pendidikan Pohon dan Tanaman Asli (P4TA)—dikunjungi juga oleh Balthasar dan media—untuk pembibitan pohon Puspa (Schima wallichii), Suren (Toona sureni), Ganitri (Elaeocarpus gabitrus), Rasamala (Altingia excelsa), Huru (Litsia chinensis), Manglid (Michelia velutina), Pasang (Quercus sp.), dan Kisireum (Euginia cymosa). Selain itu, Tedy menerangkan bahwa Antam bekerja sama dengan Balai Besar Taman Nasional Gunung Halimun-Salak dan beberapa lembaga konservasi lainnya untuk melestarikan satwa endemik taman nasional, yakni Jalak Putih (Sturnus melanopterus), Elang Jawa (Nisaetus bartelsi), dan Elang Ular Bido (Spilornis cheela)—dilepasliarkan oleh Balthasar pada acara ini. “Kegiatan biodiversity akan terus dilakukan dengan lebih meluas,” lanjut Tedy.

Menurut balai taman nasional, apa yang sudah dilakukan oleh Antam dalam pengelolaan lingkungan sangat proporsional dan sudah sangat baik. “Sejak 2010 sampai sekarang itu kan ada kegiatan restorasi kawasan, artinya ada rehabilitasi pada daerah-daerah terbuka yang rawan longsor. Mereka berusaha melakukan penanaman di lokasi taman nasional (zona pemanfaatan) sudah mencapai 1200 hektar berupa tanaman-tanaman hutan yang sebagian endemik di dalam kawasan taman nasional, itu vegetasi yang ada di taman nasional,” ujar Dudi Mulyadi mewakili Balai Besar Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, saat diwawancarai Ekuatorial.

Balthasar merangkum hal-hal di atas dengan prinsip 3P: Profit, People, dan Planet. Dia mengungkapkan, setiap bisnis tentu bermaksud menghasilkan profit, keuntungan. Profit tersebut harus diusahakan dengan efisien terhadap penggunaan sumber daya, tenaga, dan prosesnya. Setelah profit, masyarakat sekitar juga perlu diperhatikan, perlu mendapatkan keuntungan, tidak boleh kerja sendiri, perusahaan tidak bisa berjalan tanpa orang-orang. Terakhir planet: lingkungan, Bumi. Jika perusahaan ingin survive, maka lingkungan harus terjaga, ungkap Balthasar.

“Semua perusahaan tambang perlu memerhatikan prinsip 3P. Saya lihat Antam sudah lakukan dengan baik. Ini emas, karunia Tuhan. Pekerjaan besar ini dikerjakan oleh orang-orang Indonesia sendiri. Perusahaan juga buat ada CSR dan sejahterakan masyarakat sekitar. Perusahaan ini harus tetap ada,” tegas Balthasar. Kemudian dilanjutkannya dengan menceritakan kunjungannya ke tambang bawah tanah Antam, “Saya sudah kesana tadi, saya masuk sampai ke dalam. Saya lihat prosesnya sudah baik, aman. Dari luar, tidak seperti ada tambang, tidak terlihat, ternyata sistemnya underground, tak rusak lingkungan. Kalau di Freepot dan Newmont itu sudah pasti rusak, perusakan terlihat besar-besaran, sangat masif. Kalau disini masih lebih baik.”

Pidato Balthasar pun ditutupnya dengan, “ Penjagaan dan pengelolaan yang baik dari lokasi ini sangat penting karena ini merupakan taman nasional dan tambang air. Air dari sini mengalir ke semua, dinikmati masyarakat Jawa Barat sampai ke Jakarta.” (Ratih Rimayanti)

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.