Menjadi ikan laut terbesar di Bumi, hiu paus meninggalkan banyak misteri untuk dipelajari di masa depan. Perairan Indonesia pun menjadi habitat penting untuk hal tersebut.

Hiu paus adalah ikan yang dapat dijumpai di perairan tropis-subtropis. Tubuhnya berwarna abu-abu bertotol putih dan dapat tumbuh hingga 20 m. Ikan ini memakan plankton, krill, dan nekton kecil dengan cara menyaring air laut seperti pada kebanyakan paus. Sifat jinaknya membuat banyak negara menjadikannya objek wisata.

Studi hiu paus (Rhincodon typus) di Indonesia pertama dilakukan di Taman Nasional Teluk Cendrawasih-TNTC tahun 2011 oleh WWF-Indonesia bersama Balai Besar TNTC dan Universitas Papua. Disana hiu paus dapat ditemukan sepanjang tahun.Tahun ini mereka mengundang Dr. Brent Stewart dari Hubbs-Sea World Institute, Kalifornia, Amerika Serikat, yang telah belasan tahun meneliti hiu paus.

“Kerja sama dengan Brent perlu dilakukan karena di Indonesia belum ada pakar hiu paus, sehingga kami perlu belajar dari Brent bagaimana cara yang tepat untuk pemantauan dan penelitian hiu paus ini,” ujar Beny Ahadian Noor, Project Leader Program Konservasi Teluk Cendrawasih WWF-Indonesia, pada kuliah umum hiu paus di Kampus IPB, Bogor (28/3).

Brent Stewart
Brent Stewart sedang berdiskusi dengan mahasiswa (28/3). Foto: Ratih Rimayanti

Penelitian telah dilakukan dengan metode Identifikasi Foto untuk melihat pola totol di bagian sisi ikan, Pop-up Satelite Archival Tag (PSAT) untuk memantau gerak migrasi dengan penanda satelit, identifikasi genetik, dan Radio Frequency Identification (RFID) untuk identifikasi dengan penanaman chip khusus.

Hasil studi penanda satelit  pada 14 ekor hiu paus menunjukkan bahwa mereka aktif bergerak secara konstan sampai ke timur Filipina dan kembali ke TNTC. “Jadi, TNTC merupakan habitat penting bagi hiu paus sebagai tempat mencari makan (feeding ground) dan tempat bermain (playing ground),” ujar Beny.

Sebanyak 2000 foto telah berhasil dikoleksi dan menunjukkan bahwa terdapat sekurangnya 80 indvidu berbeda yang terdapat di perairan TNTC. Setiap individu hiu paus memiliki pola totol yang berbeda, oleh karena itu, foto pola totolnya dapat menjadi acuan identifikasi individu hiu paus.

Pemantauan ini juga melibatkan nelayan sekitar, sehingga data bisa diperoleh setiap harinya. Nelayan tersebut dibekali kemampuan menggunakan GPS dan pengambilan foto untuk identifikasi.

Sebuah kepercayaan yang masih dipegang oleh masyarakat sekitar Teluk Cendrawasih yakni ketika bertemu dengan ikan ini, mereka akan diam dan bahkan kembali untuk pulang melaut. Jadi tidak ada kegiatan ekstraktif, penangkapan, perburuan dan perdagangan oleh masyarakat, sehingga TNTC merupakan habitat yang nyaman untuk hiu paus.

Selain di TNTC, hiu paus ditemui di perairan Sabang, Situbondo, Bali, Nusa Tenggara Alor, Flores, Sulut, Maluku dan Papua.

Hiu paus dalam Daftar Merah IUCN berstatus vulnerable atau rentan. Indonesia sendiri hiu paus telah dilindungi secara penuh pada Mei 2013 oleh Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 18/KEPMEN-KP/2013.

Masih menjadi misteri

“Kita belum mengetahuinya, tapi peranannya menjadi bagian dari sistem besar di lautan, dan sistem tersebut masih perlu dipelajari lebih lanjut,” ujar Stewart saat ditanya apa peranan penting hiu paus dalam ekosistem.

Begitu juga saat ditanya populasi hiu paus di dunia, Brent menjawab bahwa secara pasti belum dapat diketahui karena selama ini yang dapat diamati di banyak tempat hanyalah hiu paus jantan juvenil. Keberadaan hiu paus betina dan jantan dewasa masih misteri.

Senada dengan itu, Beny pun menjelaskan, “Di TNTC kami menemui hiu paus yang hampir semua masih remaja, panjang 3-6 m, dan 70% diantaranya adalah jantan, hanya 4 ekor betina yang ditemui, dan 20% sisanya belum berhasil diidentifikasi.”

Selain itu, hiu paus sangat jarang berada di permukaan, biasanya berada di kedalaman 100-200 m, bahkan sampai ribuan meter, sehingga menyulitkan observasi visual. Hal ini juga membawa pada pertanyaan baru: bagaimana mereka hidup di kedalaman, bagaimana perilaku mereka, dan bagaimana mereka bereproduksi.

“Misteri yang belum terpecahkan terkait hiu paus ini meliputi dimanakah keberadaan betina hiu paus, dewasa jantan,  hiu yang sangat muda, habitat kawin. Hal ini yang akan terus ditelusuri di masa depan,” tutup Brent. Januar Hakam & Ratih Rimayanti

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.