Dampak perubahan iklim di Kota Ternate provinsi Maluku Utara cukup terasa. Musim hujan saat ini sudah tak bisa diramal lagi saat mulai dan berakhirnya, sering berganti dengan panas di saat seharusnya sudah masuk musim hujan di kawasan ini. Hal tersebut seperti diungkapkan Mohamad Riva kepala seksi data dan informasi BMKG kota Ternate. “Dampak perubahan iklim di Ternate cukup terasa, memengaruhi suhu, curah hujan dan muka air laut di sini,” katanya.

Curah Hujan 1 Tahun Terakhir Ternate

Berdasarkan data BMKG Ternate, selama satu tahun terakhir terjadi perubahan curah hujan yang cukup signifikan dibandingkan dengan data normal. Ia juga menyebutkan bahwa Pulau Ternate merupakan pulau kecil, sehingga sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim.

Perubahan cuaca yang terjadi di Kota Ternate ternyata berdampak secara langsung terhadap kasus malaria. Iswah Yudi pengelola program malaria center Maluku Utara mengatakan Ternate merupakan daerah yang endemis malaria karena terdapat banyak tempat perindukan dan secara geografis memang sangat cocok untuk nyamuk Anopheles.

Ia juga menjelaskan bahwa kasus malaria sangat terkait dengan perubahan iklim. “Kasus malaria dulu biasanya berpuncak satu sampai dua kali dalam setahun, namun kini jumlah puncak kasusnya bisa mencapai empat kali,” ujarnya.

Pengelola program malaria Dinas Kesehatan Ternate Sunarti Arsan mengatakan “nyamuk di Ternate kini semakin banyak karena cuaca hujan lalu kemudian berubah kering dan tak menentu.”

Ia menjabarkan kondisi demikian memang ideal untuk perkembangbiakan nyamuk Anopheles. Berbeda halnya jika hujan terus-menerus, telur-telur nyamuk akan terbawa air hujan atau kering terus-menerus yang memungkinkan tidak adanya genangan tempat perindukan nyamuk. Oleh karenanya masyarakat diharapkan siap mengantisipasi kondisi cuaca seperti ini dan terus menjaga kesehatan lingkungannya.

Nurbaya Sangadji, Kepala pengendalian penyakit dinas kesehatan kota Ternate menyebutkan beberapa program seperti pembagian kelambu berinsektisida, penyuluhan dan pemantauan terus dilakukan untuk pencegahan kasus malaria. Ia juga menyebutkan bahwa Ibu hamil, bayi dan anak-anak merupakan kelompok yang lebih rentan terhadap penyakit malaria dibandingkan kelompok lainnya. “Oleh karenanya saat ini kami memfokuskan kepada dua kelompok tersebut.”

Data dinas kesehatan menyebutkan, pada tahun 2008 angka positif insiden (API) malaria di Ternate yaitu 38 per seribu penduduk. Angka tersebut terus menurun hingga juni 2014, API di Ternate yaitu 1 per seribu penduduk. “Ini merupakan petanda baik kalau kesadaran masyarakat sudah mulai tumbuh dan penggiat kesehatan bekerja dengan cukup baik,” ujar Yudi. Januar Hakam.

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.