Palangka Raya, Ekuatorial – Tidak mudah memadamkan kebakaran lahan di wilayah Taman Nasional Sebangau (TNS) di Kalimantan Tengah (Kalteng). Luasan kawasan yang terbakar diperkirakan sudah mencapai 40 hektare (ha).

Kepala Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalteng, Nandang Prihadi mengungkapkan luasan lahan yang terbakar diindikasi seluas lebih dari 40 ha. “Kemungkinan indikasinya lebih dari 40 hektare,” ungkapnya saat ditemui di Media Center Pos Komando Siaga Darurat Bencana Kebakaran Hutan Lahan dan Pekarangan Kalteng, Selasa (16/9) siang.

Dia menyebutkan, kebakaran lahan ini paling parah terjadi di Desa Bangah Kabupaten Pulang Pisau. Untuk memadamkan kobaran api, telah pula dikerahkan regu dari Manggala Agni dengan bantuan masyarakat setempat.
Tim ini berangkat dari Pelabuhan Kereng Bangkirai di Kota Palangka Raya pukul 07.00 WIB, Selasa (16/9). Untuk sampai ke lokasi, tim menggunakan transportasi air. Hal ini mengingat area yang terbakar cukup sulit untuk dipadamkan melalui jalur darat.

Waktu tempuh dari dermaga Kereng Bangkirai menuju titik api dengan menumpang speedboat sekitar 2 jam. Tim juga mengikusertakan Ekuatorial untuk melakukan peliputan langsung di lapangan, melihat upaya pemadaman api di kawasan TNS tersebut.

Dengan menumpang tiga buah speedboat, tim meluncur ke daerah Pakuyah dan Ules di Kelurahan Bantanan, Kecamatan Sebangau Kuala, Kabupaten Pulang Pisau. Setelah tiba lokasi tujuan, tim Manggala Agni langsung menyisir lokasi kebakaran. Luas kebakaran di daerah tersebut mencapai 8 ha. Pemadaman dilakukan dari tepian sungai dengan jarak sekitar radius 3 kilometer (km).

Dedi Santoso, Kepala Seksi wilayah 2 Pengelola TNS yang juga ikut dalam tim menegaskan, api bisa menjalar cepat dikarenakan hampir daerah TNS merupakan kawasan bergambut.

“Jadi api yang membakar area ini sangat cepat meluas, dan api nya tidak akan terlihat di siang hari karena padang gambut menjalar ke bawah dan sulit dipadamkan. Selain itu, untuk memadamkannya dengan menembak air langsung kebawah tanah bergambut,” terang Dedi.

Padahal, di kawasan lahan yang terbakar itu memiliki tanaman dan hewan dilindungi. Di antaranya pohon Blangiran dan Anggrek hutan. Sementara satwa yang terancam meliputi Orang utan, Bekantan, Bangau Paruh Bengkok dan Enggang.

Pemadaman secara intensif di kawasan TNS oleh tim Manggala Agni akan berlangsung selama tiga hari, dari 16-19 September 2014. “Pemadaman difokuskan untuk memutus aliran api agar tidak menjalar lebih luas. Kemungkinan regu akan ditambahkan, mengingat regu yang sekarang bisa kurang dan ditambah luas area TNS yang terbakar masih belum terjangkau, dan hari ini tim baru bisa memadamkan sekitar 8 dari 10 Ha yang terbakar,” beber Dedi.

Secara terpisah, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalteng, Muchtar mengatakan helikopter MI-8, sempat dua hari tidak terbang untuk melakukan pengeboman air. Hal ini dikarenakan ada onderdil yang perlu diperbaiki.

“Ketika onderdil sampai, maka akan segera diperbaiki kemudian bisa terbang kembali,” ungkapnya.

Muchtar juga menambahkan, kondisi saat ini di Kota Palangka Raya diselimuti asap. Di mana kabut asap yang menyelimuti kota dikarenakan asap kiriman melalui arah tenggara. Tetapi, ditegaskan untuk titik apinya sendiri di Palangka Raya hanya sedikit. Berdasarkan data terakhir pada 15 September 2014 yang dimiliki Media Center, untuk Kota Palangka Raya hanya ada 12 titik api. Maturidi

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.