Sorong, Ekuatorial – Penyu Hijau “Chelonia Mydas”, merupakan salah satu spesies penyu yang bisa di temui di Pulau Piai, Kabupaten Raja Ampat. Keberadaan penyu di pulau ini tidak terlepas dari kondisi alami pantainya, yang cocok sebagai lokasi peneluran dari penyu hijau. Hanya sayangnya sejak dulu keberadaan penyu hijau di Pulau ini tidak mendapat perhatian, padahal kenyataannya selain akibat predator alami dan rusaknya tempat peneluran, ulah manusia menangkap penyu untuk diambil daging, karapas dan platron merupakan ancaman terbesar dan bisa mengancam populasi penyu hijau di habitatnya.

Data dari Yayasan Penyu Papua menunjukkan bahwa di tahun 2006 – 2007 perburuan terhadap penyu hijau di tempat penelurannya ini cukup tinggi. Hasil survei yang dilaksanakan pada saat itu menemukan 100 karapas penyu hijau sisa perburuan masyarakat.

Menurut Ferdil Ballamu, Ketua Yayasan Penyu Papua, penyu hijau atau lebih dikenal masyarakat dengan sebutan penyu daging merupakan makanan masyarakat setempat bila ada acara di kampung. “Selain untuk dimakan sehari-hari, bagi masyarakat setempat penyu hijau merupakan salah satu menu andalan di setiap hajatan kampung, bahkan pernah ada acara yang sampai membutuhkan atau mengambil 60-an ekor penyu hijau,” ungkap Ferdil, Jumat (28/11) di Papua.

Bahkan dirinya menyampaikan keprihatinan bila kondisi ini di biarkan terus terjadi, bisa-bisa penyu hijau tidak akan ada lagi di Pulau Piai. Tidak heran bila kemudian berbagai upaya dilakukan oleh Yayasan Penyu Papua untuk menekan angka perburuan masyarakat terhadap penyu hijau dengan lebih banyak melakukan sosialisasi, monitoring dan melakukan patroli masyarakat di kawasan tersebut.

Kondisi sekarang memang jauh beda, sejak di sosialisasikan, perburuan penyu hijau di Pulau Piai berkurang. Kesadaran masyarakat untuk melakukan perlindungan terhadap hewan ini pun sudah mulai ada. Bahkan menurut rencana Desember 2014, masyarakat adat setempat akan mengeluarkan pernyataan sikap tentang penerapan sanksi hukum bagi pengambil penyu di Pulau Piai.

Sementara itu menurut data dari Ferawati Runtuboi, Dosen Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Papua, populasi penyu hijau di Pulau Piai fluktuatif dan sangat bergantung pada jumlah populasi sarang per musim/tahun. Rata rata sarang per musim (2007-2012) adalah 1.312 sarang dengan jumlah sarang terendah, dan sejumlah 1625 buah sarang tertinggi. Kondisi ini, lebih baik jika dibandingkan dengan beberapa lokasi peneluran di Indonesia seperti Pantai Teluk Penyu Cilacap (Jawa Tengah), Pantai Puger Banyuwangi (Jawa Timur), Pantai Pangandaran (Jawa Barat), Pantai Pelabuhan Ratu (Jawa Barat), Pantai Pangumbahan Sukabumi (Jawa Barat), dan Pantai Samas (Yogyakarta) yang sudah sangat rendah populasi. Penyu hijau di Pulau Piai (Raja Ampat) sebenarnya masih menyimpan stok populasi penyu hijau yang tinggi bila di sertai dengan pengawasan yang baik.

Ferawati Runtuboi lebih lanjut menyatakan bahwa populasi penyu hijau di Piai masih harus dipertahankan, meski tak bisa dipungkiri bahwa ancaman populasi penyu hijau juga pasti ada baik ancaman faktor lingkungan tetapi juga ancaman manusia.

Justru dengan populasi yang dianggap masih aman sebenarnya penyu hijau lebih rentan punah, sehingga saat ini penyu hijau telah terklasifikasi dalam kategori endangared species dalam daftar buku merah IUCN (Redbooklist). IGG Maha Adi, Niken Proboretno

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.