Langsa, Ekuatorial – Warga Desa Babo, Kecamatan Bandar Pusaka, Kabupaten Aceh Tamiang, belajar pertanian di Sekolah Lapang. Mereka belajar teori dan praktek pertanian serta pengamatan tentang tanaman. Saat ini sedikitnya ada 25 orang warga (petani) belajar di sekolah ini. Model Sekolah ini baru pertama kali ada di Kabupaten Aceh Tamiang.

Sekolah Lapang adalah sekolah yang mengajarkan tentang cara dan model bertani yang menguntungkan dan pertanian ramah lingkungan. Sekolah ini dilakukan seminggu sekali. Pada hari dan tempat yang telah disepakati para peserta berkumpul di tepi sawah. Mereka membawa buku dan pulpen juga kertas plano dan spidol. Tiga lembar triplek 50 sentimetr (cm) x 60 cm untuk alas menulis. Sekolah Lapang berbeda dengan penyuluhan pertanian. Tidak ada penyuluhan pertanian. Semua petani yang ikut belajar adalah peserta (murid) dan dibantu seorang kordinator (guru).

“ Belajar di Sekolah Lapang yang paling penting adalah pengamatan terhadap objek,” ungkap Andri Priwanda, Kordinator Sekolah Lapang Desa Babo, Aceh Tamiang dan juga relawan Yayasan Sheep Indonesia.

Kelas pertama ini peserta sedang belajar tentang tanaman padi dengan metode tanam Sistem Rice Intensifikasi (SRI). Metode tanam SRI diketahui dapat meningkatkan hasil yang berlipat dari lahan yang kecil. Mereka rencananya akan menanam padi SRI di sawah seluas 6 rante (1 rante = 20 meter x 20 meter).

Dua minggu lalu peserta praktek cara pembibitan padi. Minggu ini para peserta melakukan pengamatan pada bibit padi tersebut. Peserta dibagi menjadi empat kelompok. Masing-masing peserta dalam kelompok mencatat apa saja yang ditemukan pada bibit tersebut.

Semuanya dicatat dalam buku yang dibawa masing-masing peserta belajar. Bahkan mereka menggambar serangga atau hewan yang ditemukan pada objek. Semua ditulis dengan sangat jelas seperti warna serangga, jenis atau nama serangga, kondisi tanaman dan perubahan yang terjadi setiap minggu pada bibit padi tersebut. Selanjutnya dibantu oleh kordinator, peserta malakukan analisa terhadap masalah tersebut dan membuat hipotesa. Dilanjutkan diskusi untuk mencari solusi dari masalah yang ditemukan. Lalu merekomendasikan beberapa solusi untuk segera dilaksanakan.

Pengamatan minggu ini ditemukan gangguan burung, tikus, keong dan kupu-kupu berwarna putih pada bibit padi yang baru tumbuh 50 cm. Agar pembibitan padi tidak dimakan burung, solusinya adalah memasang bekas jaring ikan disekeliling pembibitan.

Agar tidak diserang tikus, keong dan kupu-kupu putih, solusinya adalah memasang pagar plastik setinggi 60 cm keliling area pembibitan padi agar tikus dan keoang tidak bisa masuk. Plastik diolesi minyak goreng bekas, tujuannya agar ketika kupu-kupu hinggap diplastik, maka akan lengket.

“Kupu-kupu putih ini hanya bisa terbang setinggi 50 cm, karena itu plastik harus setinggi 60 cm,” ungkap Andri.

Andri menjelaskan kupu-kupu putih adalah hama bagi bibit padi karena akan meninggalkan telurnya di batang padi. Beberapa minggu kemudian telur itu akan menetas menjadi ulat. Ulat ini hidup di dalam batang padi dan memakan tengah batang padi, yang akibatnya padi akan mati pucuk.

Untuk bibit padi yang sudah terkena serangan telur kupu-kupu yaitu butiran kecil dalam jumlah banyak yang berwarna merah muda dan menempel di batang padi, solusinya adalah menyemprot bibit padi dengan cairan pestisida hayati.

“ Cairan pestisida hayati ini bersifat pengendali hama bukan racun,” ungkap Andri.

Cairan pengendali hama tersebut dibuat dari kotoran sapi yang masih segar, dicampur dengan air bersih dan diberi gula secukupnya, lalu dibiarkan dua hari. Kemudian disaring lalu disemprotkan pada bibit padi yang telah dihinggapi telur kupu-kupu. Dalam cairan pestisida hayati itu sudah hidup mikroba, yang fungsinya memecah telur kupu-kupu agar tidak menetas.

Andri mengatakan, Sekolah Lapang prinsipnya tidak menggunakan racun kimia, tidak membunuh pengganggu tanaman tetapi pengendalian pengganggu. “Sekolah Lapang menerapkan pertanian organik ramah lingkungan, jadi pupuknya sudah pasti pupuk organik,” ujar Andri.

Seorang peserta Sekolah Lapang, Paimin mengungkapkan saat berdiskusi kordinator dan peserta saling berbagi pengetahuan dan pengalaman, untuk menemukan solusi yang tepat dari masalah yang dihadapi.

“Saat berbagi pengetahuan dan pengalaman peserta mendapat penguatan untuk membangun kepercayaan,” ucap Paimin.

Sekolah Lapang di Desa Babo, Aceh Tamiang digagas oleh Yayasan Sheep Indonesia. Manager Proyek Yayasan Sheep Indonesia, Petrus mengatakan gagasan membuat Sekolah Lapang Pertanian berawal dari kenyataan yang ditemukan di lokasi tersebut, bahwa selama ini padi dianggap bukan komoditi yang menguntungkan untuk menjadi mata pencarian. Bagi kebanyakan petani, menanam padi hanya untuk kebutuhan makan keluarga. Selain itu, cara bertani terutama menanam padi didapat dari kebiasaan turun temurun. Sementara saat ini sudah berkembang berbagai jenis padi. Tetapi petani jarang diberi pengetahuan tentang perkembangan tersebut.

“Mereka masih bertani dengan cara-cara lama. Mereka lebih banyak disuguhkan tentang penggunaan pupuk kimia berbagai jenis dan penggunaan racun kimia terhadap tanaman padi,” ucap Petrus.

Sekolah Lapang bertujuan untuk meningkatkan produktifitas dan mendorong petani untuk menanam padi. Sehingga menanam padi menjadi mata pencarian pokok tidak sekedar untuk makan. Untuk itu butuh pengetahuan yang baru tentang produk-produk pertanian terutama berkembangnya berbagai jenis benih padi.

“Sekolah Lapang Pertanian adalah proses meyakinkan petani dengan cara dan model yang menguntungkan bagi petani dan ramah lingkungan,” ungkap Petrus.

Sebelum pulang para peserta membuat kesepakatan untuk pertemuan tindak lanjut pada minggu berikunya.
Selain belajar tentang cara bertani yang benar, Sekolah Lapang juga mengembalikan budaya yang ada di desa, model pertanian yang berkelanjutan, mengurangi pengeluaran biaya dan memaksimalkan penghasilan.

Bulan depan, para peserta Sekolah Lapang masuk pada tahap pengamatan pertumbuhan dan perawatan tanaman padi. Ivo Lestari

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.