Debat keempat dalam rangkaian Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 pada Minggu, 21 Januari 2024, yang menghadirkan para kandidat calon wakil presiden (cawapres), dinilai nyaris gagal menyuguhkan gagasan yang tulen, nyata, dan bernas mengenai masa depan lingkungan hidup dan pemulihan ekologi di masa mendatang.

Mengusung sub tema: ‘Pembangunan berkelanjutan, energi, lingkungan hidup, pangan, sumber daya alam, masyarakat adat dan desa,’ mestinya para cawapres bisa menarasikan gagasannya dengan lebih substantif dan konkret menjawab tantangan lingkungan hidup belakangan ini.

Demikian sejumlah kesimpulan dari perbincangan antara The Society of Indonesian Environmental Journalists (Masyarakat Jurnalis Lingkungan Hidup Indonesia/SIEJ) bersama tiga aktivis isu lingkungan hidup di Indonesia dalam siniar (podcast) ‘SpotLes’.

Iqbal Damanik dari Green Peace Indonesia; Mahawira Dillon, peneliti kebijakan transisi energi berkelanjutan, dan Irfan Tony Herlambang, Asia Digital Manager 350, urun pendapat dalam acara yang dipandu Ketua Umum SIEJ, Joni Aswira tersebut.

Mereka sepakat dalam debat cawapres tersebut, seperti juga pada debat-debat sebelumnya, lebih banyak terlontar gimmick dan perdebatan non-substantif.

Sementara dialog mengenai pembangunan berkelanjutan nyaris tidak dikaitkan dengan stratregi yang tepat dalam penurunan emisi yang berkaitan dengan target Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia per sektornya.

Mahawira Dillon menyatakan nyaris tak terdengar strategi nyata untuk mempercepat realisasi transisi energi.

Mirisnya lagi, menurut para pembicara, persoalan di wilayah pesisir, yang paling rentan terdampak krisis iklim, nyaris tak disinggung. Begitupula isu polusi udara, limbah, dan sampah, yang menjadi problematika akut kita saat ini.

Klik video di bawah ini untuk menyaksikan dialog lengkap para pembicara dalam podcast SpotLes SIEJ:

About the writer

Sandy Pramuji

After graduating from Padjadjaran University, Sandy has been active in journalism. Starting as a repoter at The National News Agency (LKBN) Antara in 2003, he then helped developing an English language...

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.