Manado, Ekuatorial – Pemerintah Amerika Serikat (AS) menghibahkan dana sebesar US$ 25 ribu untuk Yayasan Masarang, di Sulawesi Utara selama 2014 guna konservasi dan rehabilitasi satwa liar.

“Kami berterima kasih dan memuji rehabilitasi dan upaya konservasi satwa liar di Tasikoki, Sulawesi Utara, yang dilakukan oleh Yayasan Masarang,” ungkap Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Robert Blake Jr, saat mengunjungi pusat penyelamatan satwa liar di Tasikoki, Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara, Jumat (9/1).

Blake mengatakan, dana tersebut disediakan bagi Yayasan Masarang, yang bukan hanya melakukan kegiatan rehabilitasi dan konservasi satwa liar langka, tetapi juga melawan dan memberantas perdagangan hewan gelap di Indonesia, bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Minahasa Utara, dan Polri.

Dia mengakui, pemberantasan perdagangan gelap satwa liar adalah prioritas Pemerintah Indonesia, dan Amerika Serikat, dengan misi bekerja sama dengan masyarakat sipil adalah cara untuk melindungi satwa liar dan memberantas kejahatan terhadap satwa liar.

“Apalagi pada 11 Februari 2014, Presiden Amerika Barack Obama telah mengeluarkan strategi nasional Amerika dalam pemberantasan perdagangan satwa liar yang mewakili upaya dari 17 agensi pemerintah AS dengan tiga prioritas strategis, yakni memperkuat penegakan hukum, menekan permintaan dan membangun kerja sama internasional,” katanya.

Blake mengakui, bahwa Indonesia adalah lokasi yang memiliki keanekaragaman hayati terbesar kedua di planet bumi, setelah Brasil.

“Sayangnya keanekaragaman hayati yang sangat kaya tersebut terancam, karena banyak hutan tempat tinggal hewan-hewan langka seperti burung, reptil dan berkaki empat lainnya, dirusak oleh manusia yang tidak bertanggungjawab,” katanya.

Ia mengatakan, satwa langka seperti burung dan hewan lainnya diperdagangan secara ilegal di seluruh dunia, dimana hewan-hewan liar dan langka dari seluruh Indonesia dibawa ke Manado dan lewat pelabuhannya dijual ke berbagai belahan dunia, seperti Filipina dan lainnya, bahkan dibunuh dan dikonsumsi penduduk.

“Pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat sudah berjanji untuk bekerja sama dan melindungi satwa langka dengan mendatangani nota kesepahaman bilateral terkait konservasi satwa langka dan memberantas perdagangan gelapnya,” katanya.

Tasikoki, didirikan oleh Dr. Willy Smits pada tahun 2004, adalah sebuah contoh yang baik dari organisasi masyarakat sipil yang sukses memberi advokasi untuk menentang perdagangan satwa liar.

Proyek ini melanjutkan upaya Yayasan Masarang untuk mendukung masyarakat pedesaan di wilayah pesisir di Kabupaten Minahasa, yang menjadi lokasi utama bersarangnya sejumlah spesies penyu langka, termasuk penyu Hawksbill atau Penyu Sisik serta Penyu Leatherbacks atau Penyu Belimbing yang amat langka.

Sementara itu, Smits menyambut baik kepedulian pemerintah AS melalui bantuan serta kunjungan Dubes AS yang melihat langsung pusat penyelamatan satwa di Tasik Oki.

“Jika pemerintah AS saja peduli, bagaimana dengan pemerintah Indonesia dan juga masyarakat. Kita harus lebih giat lagi dalam upaya penyelamatan satwa langka,” ujar Smith. Yoseph Ikanubun

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.