Palangka Raya, Ekuatorial – Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia, Robert O Blake Jr menegaskan akan mengucurkan dana sebesar US$ 500 juta untuk Indonesia. Dana tersebut akan digunakan secara umum untuk membantu penekanan keluaran emisi karbon, penyebab pemanasan global dari Indonesia. Ucapan tersebut diungkapkan Blake dalam kunjungan kerja ke Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), Kamis-Jumat (5-6/2).

Dalam kunjungan kerja tersebut Dubes Blake juga memantau beberapa proyek lingkungan hidup di Kalteng. Di antaranya adalah proyek Pusat Layanan Komunikasi Iklim (PSKI) di Desa Buntoi, Kecamatan Kahayan Hilir Kabupaten Pulang Pisau. Rombongan Dubes disambut langsung oleh Bupati Pulang Pisau, Edy Pratowo.

Dalam pertemuan ini, Dubes Blake mengatakan pemerintah Amerika Serikat bakal mengkuncurkan dana sebesar US$ 500 juta untuk Indonesia. Dana tersebut akan dikucurkan melalui program bernama Indonesia Forest and Climate Support (IFACS).

Dia mengatakan, tujuan adanya IFACS adalah untuk menjamin pembangunan hutan yang berkelanjutan, serta membangunan perkonomian masyarakat setempat secara berkelanjutan.

Menurut Blake, Kalteng sebagai penggerak utama untuk penanganan emisi gas rumah kaca dan emisi tanah gambut di Indonesia. Untuk emisi tanah gambut mencakup 60 persen untuk emisi karbon yang ada di seluruh di Indonesia.

“Apa yang terjadi di Kalimantan tidak hanya memberi dampak pada Kalimantan saja, tetapi juga Indonesia bahkan seluruh dunia,” ujar Robert O Blake Jr di Pusat Layanan Komunikasi Iklim (PSKI) Desa Buntoi Kecamatan Kahayan Hilir, Jumat (6/1).

Untuk program IFACS, kata dia, pihaknya mengalokasikan sebesar US$ 40 juta untuk program di Kalteng. Blake menyebut, ada program energi terbaharui dan bersih yang harus didukung dan dicapai melalui Millennium Challenge Corporation (MCC).

Lebih lanjut dia mengatakan, saat ini ada program untuk melatih pihak-pihak dalam rangka meningkatkan pelayanan taman nasional seperti Taman Nasional Tanjung Puting dan Taman Nasional Sebangau dan untuk melindungi ekosistem yang ada di taman nasional tersebut.

Tidak hanya di Kalteng saja, program yang sama juga dilakukan di Papua dan Aceh. Namun yang paling penting, menurut dia, konsentrasi tanah gambut yang ada di Kalteng. Dia mengatakan akan tetap berkomitmen tentang kemitraan dan akan melanjutkannya.

Kepala Badan Lingkungan Hidup Kalteng, Wartony mengungkapkan dalam kunjungan Duta Besar AS, banyak yang bisa lihat terutama potensi alam yang ada di Pulang Pisau ke depan bisa semakin dikembangan.

Menurut Wartony, dari banyak kabupaten yang ada, Kabupaten Pulang Pisau termasuk salah satu yang ditunjuk dalam program rendah emisi ini, sehingga upaya-upaya pelestarian lingkungan yang dilakukan akan lebih memiliki dampak.

Ditambahkan dia, NGO asing seperti USAID IFACS memang selama ini konsen dalam masalah lingkungan. “Dengan kunjungan ini beberapa sektor lain juga akan bisa ikut terbantu seperti sektor perkebunan karet, serta pendampingan pelestarian hutan lainnya,” papar Wartony. Maturidi

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.