Jakarta, Ekuatorial – Kawasan Konservasi Perairan (KKP) di Indonesia terus menuju target sebesar 20 juta hektar (ha) pada tahun 2020. Hingga Sabtu (7/3), Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KemenKP), Agus Dermawan mengatakan luas KKP di Indonesia telah mencapai 16,5 juta ha.

“Sejak diinisiasi tahun 1980-an, kawasan konservasi perairan telah mencapai 16,5 Juta hektar atau sekitar 5 persen dari luas perairan laut teritorial Indonesia,” kata Agus dalam diskusi ‘Sea Conservation & Safety Diving’ yang diselenggarakan Ecodiver Journalist di Jakarta.

Jumlah tersebut diklaim melebihi target tahun 2012, Indonesia telah memiliki 15,78 juta ha kawasan konservasi. Sementara tahun 2014 target luas capaian kawasan KKP sebanyak 15,5 juta ha.

Dijelaskan Agus, KKP dikelola berdasarkan sistem zonasi. Terdapat zona inti, pemanfaatan dan perikanan berkelanjutan di dalamnya.

“Zona inti merupakah wilayah yang tidak boleh ada aktifitas apapun kecuali penelitian dan pendidikan. Sementara zona pemanfaatan diperuntukan guna kegiatan non-ekstraktif, seperti wisata bahari,” urai Agus.

Sementara itu menurut perwakilan Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu (TNKS), Yohanes Budoyo kegiatan wisata yang dilaksanakan secara ramah lingkungan seperti menyelam, relatif bisa dilakukan pada semua zona yang ada di TNKS.

Yovita Ayu, Miss Scuba Indonesia mengatakan Indonesia bisa belajar banyak dari negeri jiran Malaysia. Menurut Yovita Ayu, demi mengonservasi terumbu karang dan ikan yang menjadi buruan para penyelam, Malaysia berani mengambil tindakan untuk menutup total aktivitas yang merusak seperti yang dilakukan di Pulau Sipadan.

Pulau yang dulunya sempat menjadi objek sengketa dengan Indonesia itu, kini berkembang menjadi salah satu tujuan utama penyelam dari seluruh dunia. “Malaysia menutup resor dan merubuhkan bangunan yang ada di sana. Pengunjung pun dibatasi dengan tiket masuk yang sangat mahal,” katanya.

Meski fasilitas terbatas, lanjut Yovita, minat pengunjung justru sangat tinggi. Mereka rela antre hingga setahun lamanya. “Sebab yang dicari penyelam bukan fasilitas resor yang mewah. Namun terumbu karang indah dan ikan-ikan yang beraneka ragam,” katanya. tim ekuatorial

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.