Aceh Tamiang, Ekuatorial – Limbah buah kelapa setelah diambil isinya atau biasa disebut batok atau tempurung kelapa, apabila diolah dengan benar bisa menghasilkan salah satu produk yang dikenal dengan asap cair.

Asap cair berwarna coklat seperti air teh dapat digunakan untuk pengental getah karet, mencegah tumbuhnya jamur di pohon karet (fungi sida), sebagai pestisida hama tanaman seperti hama wereng, pengawet kayu dari serangan perusak kayu seperti rayap, obat luka pada ternak, pengawet ikan seperti ikan asap sebagai panganti garam.

Teknologi tepat guna ini dikembangkan oleh kelompok tani Andalan di Desa Babo, Kecamatan Bandar Pusaka, Kabupaten Aceh Tamiang.

Paimin, Datok Desa Babo (kepala desa) mengatakan motivasi membuatan pengolahan asap cair di Desa Babo berawal dari keinginan kelompok tani untuk membantu para petani karet di desanya yang terpaksa membeli asap cair dari Medan, Sumatera Utara, untuk kebutuhan pengental getah karet.

“Petani membeli asap cair dengan harga mahal karena susah didapat, kebutuhan besar tetapi barang sedikit,” ungkap Paimin, akhir Juni 2015.

Getah karet yang dikentalkan dengan menggunakan asap cair harganya lebih mahal karena kualitasnya bagus. Selain itu, asap cair tersebut dapat sekaligus berfungsi sebagai fungi sida atau pencegah tumbuh jamur pada batang pohon karet.
Harga getah karet biasa dijual Rp 6.000 / kilo. Sedangkan getah karet yang menggunakan asap cair sebagai pengental dijual dengan harga Rp 10.000 / kilo, karena kualitasnya baik dengan kadar air yang sedikit.

Subagio, Sekretaris kelompok tani Andalan menjelaskan jika tidak dapat asap cair untuk pengental getah karet, petani terpaksa memakai cuka atau pupuk buah.Menggunakan asap cair lebih hemat dibandingkan menggunakan cuka atau pupuk buah untuk pengental getah karet.

“Harga asap cair lebih murah dan lebih hemat penggunaannya dibandingkan dengan menggunakan cuka atau pupuk buah. Selain itu kualitas getah karet juga lebih bagus jika mengunakan asap cair,” ujar Subagio.

Perangkat untuk pengolahan asap cair sudah dibuat. Tinggal menunggu wadah tempat penampungan air (Bak air) belum selesai, tertunda karena belum cukup uang untuk membuatnya. Butuh biaya Rp 2 juta.

Paimin dan Subagio pernah belajar membuat pegolahan asap cair milik koperasi.Dari pengolahan limbah batok kelapa ini, tidak hanya asap cair yang bisa dimanfaatkan tetapi juga menghasilkan arang batok kelapa. Arang batok kelapa juga laku dijual dan banyak diminati untuk berbagai kebutuhan.

Saiful, warga Desa Babo mengungkapkan pengolahan asap cair dapat mengurangi limbah batok kelapa yang banyak terdapat di Aceh Tamiang. Selain itu hasilnya dapat bermanfaat bagi masyarakat.

“Harapannya pengolahan asap cair di Desa Babo dapat dikembangkan pada beberapa kelompok tani. Sehingga dapat memberikan dampak kepada masyarakat dalam skala lebih luas,” ungkap Saiful.

Ada enam kelompok tani di Desa Babo, kata Elidawati dari kelompok tani Babo Jaya bahwa ke depan asap cair tidak hanya terbatas pada penggunaan untuk pengental getah karet tetapi dimanfaatkan untuk potensi yang lain, seperti untuk pengawet ikan maupun kayu.Selain itu juga dapat dimanfaatkan sebagai obat luka pada ternak, pestisida hama tanaman dan lain-lain.

“ Para kelompok tani sangat bersemangat ingin memanfaatkan teknologi tepat guna seperti pengolahan asap cair, bisa menambah penghasilan petani,” ungkap Elidawati.

Jumlah warga Desa Babo sebanyak 2.632 orang atau 666 Kepala Keluarga (KK). Mereka mayoritas adalah petani kebun karet, tanaman pangan, berternak dan pedagang. Ivo Lestari

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.