Loss and Damage merupakan dana kompensasi bagi negara terdampak perubahan iklim. Momen bersejarah setelah pertama kali didorong 30 tahun lalu.

Perundingan COP27 membuat sejarah baru dengan menyepakati pembentukan dana ‘Loss and Damage’ yang memberikan peluang bagi negara paling terdampak perubahan iklim menerima sejumlah dana dari negara maju.

Loss and Damage (LnD) akhirnya disepakati dalam sidang penutupan (Plennary Closing) COP27 yang dilakukan mulai Minggu (20/11) dini hari pukul 03.30 waktu setempat. Presidensi Mesir sebelumnya menjadwalkan sidang penutupan pada Sabtu (19/11) pukul 18.00 waktu Mesir. Namun, agenda ini terpaksa ditunda hingga pukul 21.00 karena para delegasi belum mencapai kesepakatan.

Pemimpin sidang, Presiden COP27 Sameh Shoukry, memulai agenda Loss and Damage sebagai pembahasan pertama. Shoukry menyebut para delegasi berhasil menyepakati LnD dalam perundingan beberapa hari terakhir. Ia akhirnya mengetuk palu untuk meresmikan kesepakatan tersebut. Para delegasi memberikan tepuk tangan meriah merespons keputusan itu.

Isu Loss and Damage sebelumnya bahkan tidak masuk dalam agenda resmi COP27. “Kami baru berhasil memasukkan ‘Loss and Damage’ dalam pembahasan resmi beberapa menit sebelum COP27 dibuka tanggal 6 November,” kata Utusan Khusus Presidensi COP27 Aboulmagd Wael.

Loss and Damage, yang memastikan negara-negara kaya akan menyediakan dana khusus bagi negara-negara terdampak, memang menjadi salah satu perdebatan panas selama dua pekan COP27. Beberapa negara seperti Pakistan dan Bangladesh menjadi garda terdepan untuk mendorong mekanisme Loss and Damage.

“Ini momen bersejarah. Puncak dari kerja 30 tahun dan awal dari upaya mengejar keadilan iklim,” kata Nabeel Munir, negosiator Pakistan, dikutip dari The Guardian.

Harapan soal hasil mekanisme Loss and Damage mulai muncul pada Jumat (18/11) pagi, ketika Uni Eropa memasukkan proposal Loss and Damage. Namun, dalam perkembangannya perundingan sempat buntu karena UE menuntut penurunan emisi yang lebih ambisius.

Posisi Cina sempat menjadi persoalan tersendiri. Negara-negara kaya ingin Negara Tirai Bambu itu ikut urun sumbangan untuk membentuk dana Loss and Damage. Namun, Kepala Negosiator Cina Xie Zhenhua menyebut dalam hal ini Cina merupakan negara berkembang sehingga tidak ikut terkena tanggung jawab dana Loss and Damage.

Konsep Loss and Damage

Loss and Damage adalah konsep di mana negara-negara kaya, sebagai penghasil emisi karbon terbesar, harusnya membayar negara-negara miskin. Mereka lebih menderita akibat terkena dampak perubahan iklim yang tidak mereka sebabkan.

Salah satu contoh pentingnya pendanaan Loss and Damage ini adalah bencana banjir di Pakistan. Bencana yang berlangsung sejak Juni 2022 tersebut menyebabkan ribuan korban jiwa dan ribuan lainnya terkena penyakit. Banyak pihak menganggap kejadian ini murni bukan kesalahan Pakistan, melainkan dampak dari perubahan iklim secara umum.

Konsep Loss and Damage bukan hal yang baru. Negara-negara berkembang dan kepulauan telah meminta adanya pendanaan seperti ini sejak 1991. Vanuatu adalah yang pertama meminta negara penghasil karbon menyalurkan uang ke negara-negara yang terdampak kenaikan permukaan laut.

Artikel ini diproduksi sebagai bagian dari program Climate Change Media Partnership 2022, sebuah beasiswa jurnalisme yang diselenggarakan oleh Internews’ Earth Journalism Network dan Stanley Center for Peace and Securitydan pertama kali terbit di Katadata pada 20 November 2022.


Baca tulisan terkait COP27:

About the writer

Rezza Aji Pratama

Rezza Aji Pratama is a journalist currently working as an editor at Katadata Indonesia. Rezza has over ten years of experience as a journalist focusing on business and economics. Over the last couple of...

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.