Perkebunan sawit pendorong utama deforestasi. Namun, mayoritas pedagang minyak sawit tetap menjalankan bisnis seperti biasa.

Pada tahun 2020 lalu, diperkirakan 50 juta hektar hutan – area seluas Spanyol – terancam dihancurkan untuk komoditas pertanian, menurut laporan Greenpeace International. Sektor perkebunan sawit adalah pendorong utama deforestasi di Asia Tenggara.

Greenpeace International mencatat, 14,5 juta hektar hutan dihancurkan untuk komoditas antara tahun 2010 dan 2015.

Namun, mayoritas dari pedagang-pedagang minyak sawit tetap menjalankan bisnisnya seperti biasa, dan tetap menyuplai sejumlah merek konsumen terbesar di dunia, yang bertemu beberapa waktu lalu di Vancouver dalam rangka pertemuan tingkat tinggi Consumer Goods Forum (CGF).

Pada CGF 2010, – perusahaan merek-merek konsumen terbesar di dunia, termasuk Nestle, Mondelez, dan Unilever berjanji untuk mengakhiri deforestasi pada tahun 2020 melalui “responsible sourcing” atau pasokan dari “sumber yang bertanggung jawab” untuk komoditas hasil peternakan, minyak sawit, kedelai dan lainnya. Perlindungan hutan dan krisis iklim bahkan tidak ada di dalam agenda mereka.

Tahun lalu, investigasi yang dilakukan oleh Greenpeace International mengungkap bagaimana para pemasok minyak sawit ke perusahaan merek-merek konsumen terbesar di dunia telah menghancurkan area hutan dengan luas hampir dua kali lipat Singapura dalam kurun waktu kurang dari 3 tahun.

Transparansi telah menjadi kunci dalam pertarungan untuk membersihkan industri minyak sawit di Indonesia. Setelah tekanan Greenpeace terhadap industri sawit tahun lalu, Wilmar International, pedagang minyak sawit terbesar di dunia, berkomitmen untuk menggunakan peta dan satelit untuk mengawasi semua pemasoknya.

Perkebunan sawit
Perkebunan sawit. (Greenpeace Indonesia) Credit: Greenpeace Indonesia Credit: Greenpeace Indonesia

Pedagang minyak sawit abai

Tapi, langkah ini masih tetap diabaikan oleh sejumlah pedagang minyak sawit besar lainnya, seperti Cargill, GAR dan Musim Mas. Bulan lalu, pemerintah Indonesia membuat masalah ini memburuk dengan menghimbau kepada perusahaan minyak sawit untuk tidak mempublikasikan data mengenai konsesinya.

“Enam bulan telah berlalu semenjak Wilmar berkomitmen untuk berubah. Namun, pelaku industri lainnya masih belum mengambil aksi nyata,” kata Kiki Taufik, Kepala Kampanye Hutan Global Greenpeace Indonesia, dikutip dari laman Greenpeace Indonesia.

“Sementara itu, menteri dari pemerintahan Joko Widodo baru-baru ini mengumumkan dengan bangga, bahwa mereka telah mencegah perusahaan-perusahaan minyak sawit untuk menyebarkan informasi mengenai konsesi minyak sawit yang mereka miliki,” lanjut Kiki.

“Hal ini memberikan pesan bahwa sebagian besar sektor minyak sawit tidak mau berubah. Ini membuat merek-merek konsumen yang menggunakan minyak sawit berada di posisi yang sangat sulit,” katanya.

“Oleh karena itu, merek-merek konsumen besar memiliki pilihan yang jelas yaitu memaksa GAR, Musim Mas dan pedagang minyak sawit lainnya untuk berhenti berbohong dan berubah, atau berhenti melakukan bisnis dengan mereka.”

Sejak 2010, produksi dan konsumsi komoditas pertanian yang terkait dengan deforestasi termasuk ternak, kedelai, minyak sawit, karet, dan coklat telah meningkat pesat dan masih mengalami kenaikan.

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.