Perlindungan pesisir serta pulau kecil seperti Pulau Pari dari bencana iklim dengan cara menanam 1.000 bibit mangrove.

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) bersama Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa menandatangani kerja sama perlindungan, pemulihan dan pelestarian pesisir serta pulau kecil di seluruh wilayah Indonesia yang dilaksanakan pada Senin (08/07/2024) di Pulau Pari, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta.

Agenda perlindungan, pemulihan dan pelestarian pesisir serta pulau kecil seperti Pulau Pari di seluruh wilayah Indonesia ini, dimulai dari Pulau Pari, Jakarta, dengan cara menanam 1.000 bibit mangrove, dan akan berlanjut ke pesisir utara Pulau Jawa, serta akan diteruskan ke provinsi lain di Indonesia.

“Kerja sama ini dibangun dalam rangka menginisiasi gerakan kolaborasi untuk menguatkan serta mendukung penguatan kampanye advokasi lingkungan hidup guna mendapatkan dukungan publik seluas-luasnya,” kata keterangan resmi WALHI, diakses Sabtu, 13 Juli 2024.

Adapun isu kunci yang menjadi arus utama dalam kerja sama ini adalah perlindungan dan pemulihan lingkungan hidup, khususnya di pesisir-pulau kecil; mitigasi dan adaptasi krisis iklim; dan konservasi alam di wilayah Indonesia.

Deputi Direktur 1 Program Sosial Budaya Dompet Dhuafa Juperta Panji Utama mengatakan, pulau Pari dekat dengan pusat mantan ibukota negara Indonesia, Jakarta, di mana segala kekuasaan, pusat kebijakan, keputusan negara Indonesia.

“Jika kebijakan yang dekat dengan pusat kebijakan saja tidak berpihak pada kepentingan masyarakat bisa dibayangkan mungkin ada hal-hal serupa di tempat yang lebih jauh lagi,” tegasnya.

Panji mengatakan abrasi pantai-pantai di Pulau Pari sudah sangat tinggi sekali. Selain itu perjuangan rakyat Pulau Pari untuk mengelola lingkungannya secara mandiri. Panji mengatakan kerja sama dengan Walhi untuk pengendalian abrasi pesisir Utara Laut Jawa ini dilakukan selama lima tahun.

“Setiap tahun kami evaluasi, kalau bisa kerja samanya terus, tapi kita jangan terbatas pada waktu tapi pada bagaimana kami mencapai tujuan-tujuan yang ingin kami capai,” kata Panji.

Ia mengatakan Dompet Dhuafa berharap dapat bekerja sama dengan lebih banyak pihak lain, tapi juga pemerintah dan masyarakat yang terdampak kerusakan lingkungan serta krisis iklim.

“Semua pihak harus terlibat, semua pihak harus menyatu dan melihat bahwa ini adalah musuh bersama kita,” katanya.

Gerakan melindungi Pulau Pari dan pulau-pulau kecil

Direktur Eksekutif Walhi Nasional Zenzi Suhadi mengatakan kerja sama ini merupakan persatuan antara dua gerakan yang memobilisasi nilai dan moral kemanusiaan dan gerakan yang melindungi memajukan hak manusia atau lingkungan.

Zenzi mengatakan filosofi Dompet Dhuafa yang ia tangkap adalah menghimpun dan mengarahkan sumber daya manusia untuk memelihara dan memajukan nilai-nilai moral kemanusiaan dan termasuk lingkungan.

Ia mengatakan pertemuan dua gerakan ini, berpotensi menjadi cikal bakal membangun nilai-nilai universal dan moral manusia di masa depan itu sangat terbuka besar.

“Ketika kita berhasil menerjemahkan apa yang kita tandatangani hari ini bukan hanya pertemuan dua coretan tangan pemimpin organisasi,” katanya.

“Kami memaknai pertemuan dua organisasi ini sebagai perkawinan antara dua anggota gerakan yang memobilisasi nilai dan moral kemanusiaan dan gerakan yang melindungi memajukan hak manusia atau lingkungan maka kita akan melahirkan satu hal bahwasanya orang lahir di manapun, berdiri di pulau manapun dia mempunyai hak terhadap semua yang ada di muka bumi ini,” tambahnya.

Zenzi mengatakan kehancuran di muka bumi ini karena hak manusia atas lingkungan disekat batas kekuasaan negara padahal tidak ada satu pun di negara muka bumi ini yang akan mampu menangani, mengatasi persoalan lingkungan. Ia mencatat sudah hampir 30 tahun seluruh negara anggota PBB membicarakan perubahan iklim.

“Saat para pemimpin dunia itu bertemu selama 30 tahun lamanya, selama itu juga pelepasan emisi meningkat, perubahan iklim meningkat suhu rata-rata harian bumi meningkat,” katanya.

Artinya, kata Zenzi, masyarakat tidak bisa menggantungkan harapan keselamatan bumi dan hak generasi berikutnya pada kepemimpinan politik. Masyarakat hanya bisa menggantungkan harapan keselamatan bumi dan hak antar generasi itu kepada kesadaran publik secara luas.

Menurutnya pertemuan antara Walhi dan Dompet Dhuafa dalam melindungi Pulau Pari dan pulau-pulau kecil lainnya akan melahirkan jembatan di mana publik bisa terlibat menyelamatkan alam. Ia berharap kerja sama ini menjadi momentum yang harus dirawat.

“Saya juga mengusulkan di tahun depan pada tanggal yang sama di tempat yang sama kita mengulangi lagi pertemuannya tetapi dengan skala yang lebih besar,” katanya.

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.