Populasi satwa liar telah menurun rata-rata 69% sejak tahun 1970. Kita berada di tengah-tengah kepunahan massal keanekaragaman hayati.

Selamatkan Orangutan Tapanuli dari kepunahan. Walhi Sumatera Utara menggalang dukungan untuk melindungi spesies langka di Batang Toru.
Orangutan. (Foto: Tim monitoring Sintang Orangutan Center (SOC))

Dekade menjelang tahun 2030 ini merupakan dekade yang sangat penting bagi kehidupan di Bumi khususnya keanekaragaman hayati: apakah kita akan membantu Bumi menyembuhkan dirinya sendiri dan menopang kita semua? Atau apakah kita akan memeras tetes terakhir dari keuntungan yang digelembungkan hingga alam runtuh?

Pemerintah di seluruh dunia akan bertemu di Cali, Kolombia dari 21 Oktober hingga 1 November pada Konvensi Keanekaragaman Hayati (CBD) ke-16. Konvensi CBD diratifikasi oleh 196 negara pada tahun 1992 dengan tujuan untuk menjaga ekologi dunia dan bertemu setiap dua tahun.

Kerangka kerja global untuk melindungi keanekaragaman hayati (termasuk manusia)

Agenda pertama di Cali adalah membuat kemajuan dalam implementasi kerangka kerja Perjanjian Kunming-Montreal 2022 yang bersejarah untuk melindungi keberagaman alam global, yang menetapkan target global untuk melindungi alam dan memberinya ruang untuk beregenerasi.

Alam adalah jaringan kehidupan, dan kita bergantung pada keberagaman alam untuk air, udara, dan makanan, di antara berbagai keperluan lain yang rumit seperti obat-obatan, kemajuan ilmiah, dan pengembangan teknologi. Penelitian menunjukkan bahwa populasi satwa liar telah menurun rata-rata 69% sejak tahun 1970, karena para ahli percaya bahwa kita berada di tengah-tengah kepunahan massal – peristiwa kematian massal besar keenam yang telah didokumentasikan oleh para ilmuwan dalam sejarah Bumi.

Kita tidak mampu untuk terus merusak alam.

Apa yang dapat kita lakukan
COP16 Keanekaragaman Hayati PBB akan menjadi putaran pertama perundingan keanekaragaman hayati global sejak 2022. Namun sejak saat itu, kerusakan alam justru semakin cepat. Bisnis pertanian besar, penangkapan ikan industri, ekstraksi bahan bakar fosil, penambangan laut dalam, dan keuntungan perusahaan untuk orang kaya tetap mengancam planet kita.

Para pemimpin dunia tidak menghentikan ekstraksi ini, atau bahkan memperlambatnya.

Pemerintah di seluruh dunia terus memungkinkan perusahaan untuk mengambil untung dari kerugian kolektif kita dan mengeruk keuntungan yang mereka ekstrak. Pemerintah-pemerintah kaya di Eropa, Oseania, Asia Timur, dan Amerika Utara, yang secara historis telah mengambil untung dari ekstraksi sumber daya alam kolonial dari Dunia Selatan, belum memenuhi komitmen mereka untuk memberikan dana guna mendukung perlindungan alam. Sebaliknya, perlindungan masih kurang di negara-negara Dunia Selatan, dan di area seperti hutan hujan, terumbu karang, dan gunung laut yang keanekaragaman hayatinya paling kaya dan mungkin paling penting.

Kerangka kerja keanekaragaman hayati global 2022 menghadirkan peluang yang harus kita tindak lanjuti di Cali. Pemerintah kita memiliki peluang penting untuk mengubah arah, tetapi kita membutuhkan tindakan nyata dalam bentuk uang, hak, peraturan, dan kebijakan. Kegagalan untuk mengambil langkah maju yang berani sekarang membahayakan masa depan kita.

Anda juga dapat mendesak para pemimpin dunia untuk mewujudkan komitmen mereka terhadap Kerangka Keanekaragaman Hayati Global dengan membagikan pesan harapan Anda bagi alam. (Penulis: August Rick adalah Penanggung Jawab Komunikasi Internasional untuk Greenpeace Asia Timur, diakses dari laman Greenpeace Indonesia)

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.