Aceh Timur, Ekuatorial – Jafar (55 tahun) dan Agusnaini (25 tahun) dua petani di Desa Seulemak Muda, Kecamatan Nurussalam, Kabupaten Aceh Timur, mulai mengembangkan pertanian ramah lingkungan. Ayah dan anak ini berhasil membuat racun organik ramah lingkungan. Racun anti hama yang juga sekaligus berfungsi sebagai pupuk diberi nama “Ditsen”. Dalam bahasa Aceh artinya “Sedikit Duit” atau Murah.

Racun ini sangat ampuh untuk mengatasi hama wereng pada tanaman padi atau penggerek batang. Petani sering menyebutnya hama daun merah.

Racun ini dibuat dari racikan beberapa jenis daun-daun kayu yang ada disekitar desa. Fungsinya untuk anti hama dan sekaligus untuk pupuk. Pembuatan racun ditsen melalui uji coba selama 5 tahun. Racikan racun tersebut selain dari daun-daun kayu ada juga campuran bahan lain seperti air kelapa.

Agusnaini menjelaskan racun ditsen hanya untuk jenis tanaman padi. “ Racun ditsen baru diujicoba hanya untuk tanaman padi,” ungkap Agus.

Pembuatan racun hama ditsen bermula karena banyaknya tanaman padi petani di desa yang terserang hama daun merah. Petugas pertanian di Dinas Pertanian Aceh Timur menyarankan agar daun dan batang yang terkena hama dan sudah berwarna merah tersebut di potong. Karena sudah dicoba dengan menyeprotkan beberapa racun hama tidak juga berhasil mengusir hama tersebut.

“ Orang dinas bilang harus dipotong daun atau batang yang terkena hama tersebut,” ungkap Jafar.

Jafar dan anaknya Agusnaini yang pernah kuliah di fakultas pertanian kemudian melakukan ujicoba membuat racun anti hama tersebut. Akhirnya berhasil, dengan racun ditsen cukup di semprotkan saja pada daun dan batang padi yang merah terkena hama, maka daun dan batang tersebut hijau kembali.

Saat ini hampir semua petani di desanya menggunakan racun ditsen, untuk mengatasi hama daun merah atau penggerek batang. Beberapa petani dari desa lain juga membeli atau memesan racun ditsen dari Agus.
“Terkadang saya tidak mampu untuk memenuhi semua permintaan karena proses pembuatannya masih manual, jadi jumlah produksinya terbatas,” ungkap Agus.

Azhari, petani desa setempat mengatakan racun ditsen produksi Agus dan Jafar banyak diminati petani di Aceh Timur, karena selain bagus, harganya juga murah dibandingkan dengan racun kimia buatan pabrik.

Selain itu, kata Azhari para petani di desanya mulai mengetahui bahwa penggunaan bahan-bahan kimia yang berkelanjutan akan merusak tanah sebagai media tanam, mikroba yang hidup di tanah akan mati. Akibatnya petani akan bergantung pada produk pabrikan yang mengandung unsur bahan-bahan kimia.

Jafar mengaku senang bisa ikut mengembangkan racun organik ramah lingkungan. Meskipun belum bisa meyakinkan semua petani di Aceh Timur, tetapi dia terus melakukannya untuk diri sendiri. Agus dan ayahnya Ingin bisa memasarkan ditsen untuk para petani lebih luas lagi. Petani bisa membeli di tempat pembuatan ditsen. Pembeli bisa bertanya langsung tentang ditsen dengan si pembuatnya, tidak melalui sales. Sehingga petani bisa mengetahui apa saja kelebihan ditsen dan bahan-bahan apa saja yang digunakan.

Namun kata Jafar, karena saat ini dikerjakan dengan tangan (manual) seperti memotong daun-daun, menghancurkan bahan-bahan dan tempat perendamannya. Jadi tidak bisa diproduksi dalam jumah yang besar. “Produksinya belum maksimal, saya belum puas,” ucap Jafar.

Saat ini Agus sedang membuat racun rumput organik. Dia terus melakukan ujicoba dengan meracik bahan-bahan dari alam tanpa bahan kimia.

Azhari mengatakan kebiasaan masyarakat memakai pupuk dan racun produksi pabrikan yang sudah pasti mengadung kimia, sudah dirubah. Namun setelah melihat Agus dan ayahnya berhasil, petani lain di desanya minta diajarkan dan dipandu tentang pertanian ramah lingkungan.

Di desa ini sekarang sudah hampir semua petani sedang mencoba dan ikut inovasi pertanian ramah lingkungan. “Bertani ini kan seni, kita terus tertarik untuk belajar, melakukan uji coba dan inovasi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik lagi,” ucap Agusnaini.

“Harapan lima tahun kedepan di desa ini 100 persen pertanian organik ramah lingkungan,” ungkap Jafar. Ivo Lestari

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.