Jakarta, Ekuatorial – Kearifan lokal di wilayah timur Indonesia, seperti sasi ternyata membawa keuntungan ekonomi berkelanjutan  bagi warganya. Upacara adat sasi atau menutup perairan selama kurun waktu yang disepakati membuktikan hal itu. Beberapa waktu lalu hasil pembukaan sasi di Kampung Folley, Raja AMPAS, Papua Barat , masyarakat setempat mennikmati panen berupa Lola (keong-keongan), bia (kerang) hingga teripang dalam jumlah memuaskan.

 

Berdasarkan data, hasil tangkapan masyarakat selama buka sasi untuk teripang mencapai jumlah sebanyak 1.338 ekor dengan panjang rata-rata 15-20 cm. Selama sasi dibuka, 20 nelayan memanen 4 hari dengan rata-rata tangkapan 67 teripang per malam per perahu.

Menurut Direktur Program Kelautan TNC Indonesia, Abdul Halim, hal ini menunjukkan penerapan sasi dan zonasi memberikan nilai ekonomi tinggi bagi masyarakat serta berperan penting untuk keberlanjutan perikanan tradisional. Upacara serupa juga masih dijalankan oleh masyarakat di Papua Barat dan Maluku.

Kearifan lokal yang masih berjalan, seperti bapongkor di Sulawesi Tengah, Awig-awig di Bali dan Nusa Tenggara Barat, serta ola nua di Nusa Tenggara Timur. (KMP)

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.