Jakarta, Ekuatorial – Setelah China, serangan gelombang panas (heat wave) dan badai tropis menerpa kota-kota di Jepang dan Korea Selatan.

Pada hari Minggu (11/8) lalu, Kofu dan Tokyo, melaporkan suhu di kota-kota itu mencapai 40 derajat Celsius, sedangkan di Shimanto, kota di perfektur Kochi mencapai 41 deraj, yang merupakan suhu terpanas yang pernah tercatat di Jepang. Akibat suhu panas ini empat warga Jepang dilaporkan tewas, seperti dilaporkan harian Wall Street Journal.

Sebelumnya, gelombang panas telah memakan korban di China, yang mengalami gelombang panas terpanas sejak 140 tahun terakhir dan melanda sedikitnya 40 kota dengan suhu di atas 40 derajat Celsius. Menurut harian China Daily, suhu panas Kota Shanghai yang mencapai 40,6 derajat Celsius telah membunuh 10 orang.

Korea Selatan juga mulai terkena dampak, ketika Korea Meteorological Association mencatat rekor suhu tertinggi negara itu pecah di Gimhae yaitu 39,2 derajat Celsius.

Pemerintah Korea mengkhawatirkan dampak gelombang panas tersebut pada ketersediaan air dan adanya pemadaman pembangkit listrik. “Kalau satu generator yang bekerja, maka kami terpaksa memadamkan sebagian aliran listrik,” kata Menteri Perdagangan, Industri dan Energi Korea Selatan.

Para pakar meteorologi memperkirakan bahwa tekanan udara yang sangat kuat di selatan Jepang adalah penyebab utama cuaca ekstrem yang menyebabkan lemahnya pembentukan awan dan menyebabkan udara panas di atas Cina, Korea dan Jepang.
Johnny Chan dari City University, Hongkong mengatakan, selain adanya tekanan udara sub-tropis yang sangat kuat yang menuju arah barat dari selatan Jepang, faktor yang ikut memperparah dampak gelombang panas ini adalah urbanisasi. Pekerjaan konstruksi di perkotaan, pemakaian penyejuk ruangan, dan emisi dari kendaraan ikut menyumbang kenaikan temperatur.

Selain gelombang panas, beberapa kawasan juga diterpa badai. Akhir pekan lalu badai yang cukup kuat melanda Beijing dan Guangzhou, dan sedikit agak ke selatan, tepatnya Filipina, topan Utor mulai menerjang dengan kecepatan angin 170 km per jam, menumbangkan pohon-pohon di Manila, dan menyebabkan hilangnya 23 nelayan. Badai Utor diperkirakan masih akan melanjutkan aksinya di beberapa kawasan di tenggara Cina dan Vietnam. IGG Maha Adi

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.