Jakarta, Ekuatorial – Ribuan warga yang bertahan di Pulau Palue, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, siap meninggalkan pulau itu. Namun, pemerintah diminta menyediakan permukiman dan lahan usaha sebelum mereka meninggalkan pulau itu.

”Pemerintah mendesak kami mengungsi, tetapi hanya ditampung di lokasi pengungsian. Itu sangat menyakitkan. Lebih baik kami bertahan di tempat ini,” ujar salah satu tokoh masyarakat Palue, Yetro Ropi. Seperti dikutip harian Kompas.

Dia mengatakan, tidak keberatan meninggalkan pulau itu. Semua penduduk ingin mengungsi namun harus ada yang menjamin kelngsungan hidup masa depan mereka dan berharap Pemerintah menyediakan rumah dan tanah olahan seperti pengungsi pertama pada 1983.

Gunung Rokatenda memiliki ketinggian 875 meter dan disebut Gunung Paluweh karena terletak di Pulau Palue. Letusan terhebat dari gunung ini terjadi pada 4 Agustus – 25 September 1928. Letusan yang kedua terjadi pada 23 Maret 1985 dimana, abunya mencapai jarak 2 km dan lontaran material lebih kurang 300 meter di atas puncak. Pada 16 Januari 2005, gunung ini kembali menunjukkan aktivitasnya sehingga status siaga di tetapkan. (Wishnu)

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.