Jakarta, Ekuatorial — Plastik sudah menjadi kebutuhan sehari-hari terutama untuk mengemas makanan, minuman, serta pada berbagai produk elektronik yang sering digunakan oleh masyarakat.

Sampah plastik dapat didaur ulang, namun yang tidak didaur ulang akan berakhir di tempat pembuangan sampah, pantai, sungai, dan laut. Seperti di Amerika, sampah yang tidak didaur ulang membentuk Great Pasific Ocean Garbage Patch.

Sampah plastik yang berakhir di laut, telah menyebabkan kematian 100 ribu hewan laut per tahun. Selain itu, racun-racun dari partikel plastik yang masuk dalam tanah juga akan membunuh hewan-hewan pengurai di dalam tanah seperti cacing. Siklus air juga akan terganggu jika banyak sampah plastik di tanah.

Ada beberapa cara untuk mengurangi penggunaan plastik, Pertama, tidak menggunakan sedotan plastik ketika sedang minum di restoran atau rumah makan. Gunakan sedotan berbahan stainless steel yang dapat digunakan berulang kali. Kedua, cermat memilih tas belanja, atau gunakan tas belanja dengan bahan katun yang dapat digunakan terus-menerus.

Ketiga, belilah deterjen dengan kemasan berbahan dasar kardus, karena kardus lebih mudah didaur ulang menjadi produk lain dibanding plastik. Keempat, gunakan wadah minum dan kotak makan pribadi. Kelima, untuk menyulut api, gunakan korek api kayu. Sebab, pemantik api berbahan plastik bisa bertahan ribuan tahun di tempat pembuangan sampah.

Keenam, mulailah beralih ke popok kain. Di wilayah Amerika Serikat, sebanyak 3,5 miliar kg popok sekali pakai menjadi sampah setiap tahun, dan membutuhkan 40 ribu kg plastik, serta 200 ribu pohon untuk membuatnya. Ketujuh, gunakan soda kue + cuka untuk membersihkan keramik, toilet, dan jendela, karena dapat terhindar dari bahan kimia berbahaya. (Rahma)

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.