Jakarta, Ekuatorial – Proyek normalisasi waduk pluit yang dicanangkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dengan melakukan pengerukan gunungan sampah dan relokasi pemukiman warga yang berada di bantaran waduk serta pembangunan taman kota hingga kini terus berlangsung. Saat ini pekerjaan masih dilakukan di sisi Barat waduk setelah warga berhasil di relokasi dengan membangun ruang terbuka hijau. Kini, sejumlah fasilitas publik sudah ada di sana, seperti taman dengan rumput dan pohon anggur laut, bangku taman dan jalurnya pun sudah dilapisi paving block serta masih ada yang lainnya yang akan dilakukan secara bertahap.

Hakim Arief, Head of Project Planning & Procurement Department Jakarta Propertindo mengatakan, sebagai salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Daerah yang mengelola kawasan Pluit termasuk waduk, diserahi tugas oleh Pemprov DKI Jakarta untuk penataannya termasuk yang saat ini sedang dikerjakan, yakni taman kota yang merupakan salah satu proyek percontohan. Jadi, nantinya akan ada dermaga-dermaga kecil sebagai tempat pemancingan dan akan dikembalikan sebagai tempat bagi habitatnya burung-burung. ”Ide dasarnya adalah mengembalikan kawasan yang tidak sesuai peruntukkannya ke ruang terbuka hijau,” katanya.

Purnomo yang menjabat Wakil Pimpinan Project mengatakan, sisi Barat dengan luas 4 ha ini terdiri atas beberapa tahap, yakni plant nursery, taman arboretum I, jalan inspeksi, dermaga, amphitheater, taman arboretum II, jalan inspeksi, lapangan olahraga. Pembangunan selanjutnya akan mengikuti pembebasan lahan yang akan dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta. ”Dijadwalkan pada akhir tahun ini untuk sisi Barat bisa selesai,” ujarnya.

Salah seorang warga yang ditemui, Sakinah 60 tahun yang sudah tinggal selama berpuluh tahun dan rumahnya belum direlokasi mengatakan, jika Pemerintah menyuruh pindah untuk kepentingan pembangunan taman kota di bantaran Waduk Pluit, Ia siap pindah. ”Pastinya Pemerintah sudah atur bae’k-bae’k kita mo ditempatkan dimana, daripada kebanjiran sampai tinggi ee kepala,” ujarnya.

Demikian halnya dengan Zaenap, pria berumur 63 tahun yang juga tinggal di bantaran waduk mengatakan, bersedia pindah jika Pemerintah memberikan tempat tinggal yang layak dari yang sekarang dan bebas banjir. Di sini kalau sudah banjir bisa setinggi 2 meter. ”Saya sudah tua, mau kemana lagi. Jika Pemerintah ingin gusur tempat ini dan berikan tempat tinggal layak, kita ikut,” katanya.

Sebelumnya, Waduk Pluit yang awalnya memiliki luas 80 ha tetapi karena proses sedimentasi akhirnya mengalami pendangkalan dan penyempitan. Proses ini terjadi selama berpuluh-puluh tahun lamanya. Waduk ini dibangun pada zaman Belanda untuk mencegah banjir di Jakarta dan merupakan objek vital negara.yang seharusnya bebas dari pemukiman warga.

Melihat kondisi waduk yang Sangat memprihatinkan penuh dengan timbunan sampah serta pemukiman warga di pinggir waduk tersebut dan kerap terjadi banjir di kawasan itu, maka penataan Waduk Pluit perlu mendapatkan dukungan bagi semua pihak termasuk warga agar persoalan banjir yang setiap saat musim hujan datang bisa sedikit teratasi. Selain daripada itu, warga juga memiliki area sebagai tempat mereka beraktivitas santai serta asri ini.

Melihat Sisi Barat dari Waduk Pluit yang sebagian telah tertata dengan rapi, pemandangan ini Sangat kontras jika dibandingkan sisi Timur, Utara, dan Selatan dimana, masih terlihat pemukiman warga berderet-deret di bantaran Waduk tersebut serta timbunan sampah dengan bau yang Sangat menyengat hidung. (Wisnu)

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.