Palangka Raya, Ekuatorial – Parahnya kabut asap karena kebakaran hutan, membuat penerbangan di Kalimantan Selatan (Kalsel) harus ditunda.

“Kabut asap kali ini cukup mengganggu. Kami harus menunda sejumlah keberangkatan demi keamanan dan keselamatan penerbangan,” kata Kepala Otoritas Bandara Tjilik Riwut, Norman Dani, Rabu (17/9).

Dikatakan Norman, sejak pagi kondisi kabut asap sudah tergolong membahayakan dunia penerbangan, karena jarak padang hanya sekitar 300 meter. Pekatnya kabut asap membuat sejumlah penerbangan yang seharusnya dilakukan pada pagi hari ditunda.

“Asap kebakaran hutan dan lahan membuat arus lalu lintas udara terlambat beberapa jam,” katanya.

Pada pukul 10:45 WIB, keadaan bandara sudah mulai normal, dan aktivitas penerbangan mulai lancar. Tampak juga kepadatan penumpang yang hendak berangkat, dan penumpang yang datang juga mulai tampak.

Salah seorang penumpang Darsono (67) menjelaskan ada keterlambatan, tetapi menurutnya hal tersebut masih dalam batas yang wajar. “Kami terpaksa menunggu sampai waktu yang ditentukan. Sebagai penumpang kami juga memaklumi karena keadaan kabut asap yang tebal. Jelas pihak bandara tidak mau mengambil risiko, dan harus mengutamakan keselamatan penumpang,” jelas Darsono.

Menyikapi makin tebalnya kabut asap, menurut kabar Kementerian Kehutanan (Kemenhut) akan menyewa pesawat dengan kapasitas 3.000 liter air, untuk ikut membantu proses pemadaman titik api.

Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan Kemenhut, Raffles B Pandjaitan menyebutkan pesawat tersebut merupakan pesawat yang disewa dari Susi Air, yang didatangkan dari Papua.

“Saat ini pesawat sudah diterbangkan dari Papua dan direncanakan akan tiba sore ini (kemarin,Red) di Bandara Tjilik Riwut Palangka Raya. Besok mudahan sudah bisa beroperasi,” jelasnya di ruang Media Center Posko Siaga Darurat, Kamis (19/9).

Dengan kedatangan pesawat ini diharapkan dapat membantu pemadaman titik titik api yang ada, karena kemampuan pesawat bersayap lebih mudah menjangkau dan mendekati daerah kebakaran. Selain itu, kapasitas air yang dibawanya juga banyak.

“Pesawat jenis ini juga sudah digunakan dalam pemadaman kebakaran hutan dibeberapa negara seperti di Australia,” terangnya.

Sementara itu, kebakaran yang terjadi di Taman Nasional Sebangau (TNS) sejak tiga hari lalu terindikasi makin meluas. Sekarang tercatat membakar sekitar 89,7 Hektare (Ha) lahan.

“Sebelumnya diindikasi sekitar 40 Ha, kebakaran lahan yang terakhir kemarin mencapai 89,7 Ha,” tegas Nandang Prihadi, Kepala Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalteng, Kamis (18/9) siang.

Lebih lanjut ia menyatakan, saat ini pihaknya sedang berkoordinasi dengan aparat terkait dan meyusun jalur yang bakal digunakan untuk lalu lintas pesawat pembawa air tersebut. “Begitu jalur ini disetujui otoritas yang berwenang, kita segera beroperasi. Ya mudahan besok (hari ini, Red) sudah siap,” katanya.

Pesawat sayap jenis aircraft ini, diharapkan bisa terbang mendekati sasaran dan lebih fokus sehingga pemadaman areal yang terbakar dapat segera ditanggulangi. “Mudahan dengan datangnya pesawat jenis aircraft ini bisa melengkapi kekurangan dari water booming yang selama ini sudah membantu pemadaman,” tegasnya.

Di tempat terpisah, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalteng Muchtar menyebutkan, sejak Juli hingga September 2014, water booming telah melakukan sebanyak 448 kali shorty dengan kapasitas 1.792 ribu liter air. Maturidi

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.