Solo, Ekuatorial – Menyusul kemarau panjang yang hingga penghujung tahun masih terus terjadi, membuat Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Perum Perhutani Surakarta, Jawa Tengah semakin gencar melakukan sosialisasi pencegahan kebakaran hutan dan lahan di tujuh daerah di wilayah Surakarta.

Humas KPH Perum Perhutani Surakarta, Suko mengatakan semua unit satuan di bawah KPH Surakarta, seperti Bagian Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH) Tangen, Lawu Selatan, Wonogiri, Baturetno, Lawu utara, diberi peringatan kewaspadaan serta deteksi dini terhadap wilayah hutan yang menjadi tanggungjawabnya.

Tak hanya BKPH di bawah naungan KPH Surakarta, seluruh elemen unsur yang bersinggungan dengan hutan di antarannya para pencinta alam, forum komunikasi di semua kecamatan di tujuh kabupaten, elemen masyarakat serta pemangku adat yang ada di bawah lereng Gunung Lawu juga dilibatkan.

Upaya ini dilakukan selain untuk menimbulkan tanggung jawab bersama terhadap keberadaan hutan di wilayahnya, juga keterbatasan personil KPH Perum Perhutani Surakarta sendiri sangat minim.

“Koordinasi terus kita lakukan di seluruh BKPH dibawah KPH Surakarta. Termasuk salah satunya dengan meminta laporan kondisi hutan saat ini. Apalagi kondisi panas saat ini tak menutup kemungkinan kebakaran hutan dan lahan di Gunung Lawu bisa saja terjadi,” jelas Suko saat ditemui Ekuatorial di Solo, Jawa Tengah, Jumat (24/10).

Selain menggalang koordinasi terus menerus, Perum Perhutani pun selalu memperbaharui informasi tercepat bila sewaktu-waktu kebakaran hutan terjadi. Salah satunya dengan menyebar nomor telepon tiap-tiap BKPH melalui pamflet yang disebar di seluruh daerah di bawah BKPH, serta forum komunikasi di tiap-tiap kecamatan hingga tingkat desa yang ada di tujuh wilayah yang ada di bawah lereng Gunung Lawu.

“Sehingga dengan penyebaran informasi tercepat yang selalu kami perbaharui tersebut, warga masyarakat bisa dengan cepat menginformasikan apabila terjadi kebakaran hutan atau lahan. Jadinya kebakaran di hutan Gunung Lawu tak meluas,” ungkapnya.

Tak hanya itu, simulasi penanggulangan kebakaran pun rutin selalu dilakukan oleh Perhutani Perhutani. Simulasi ini dilakukan agar masyarakat luas bisa membantu memadamkan api apabila terjadi kebakaran.

Bahkan Perhutani pun mengajarkan masyarakat cara-cara memadamkan api dengan menggunakan peralatan sederhana di antarannya gepyokan, berupa kayu atau bambu untuk memadamkan api.

“Selain itu, Perhutani menyebar 20 unit mesin sprayer yaitu alat untuk menyiramkan air. Penggunaan sprayer, difokuskan di beberapa daerah rawan kebakaran hutan,” ungkapnya.

Termasuk sosialisasi apa dampak terburuk bila kebakaran hutan terjadi. Terutama kerugian ekonomi yang akan dialami oleh warga masyarakat bila hutan itu terbakar. Termasuk dampak asap bagi kesehatan masyarakat, apabila kebakaran itu tak bisa dipadamkan dengan cepat.

Serta kerugian ekologi yang terkandung di hutan tersebut juga akan musnah. Pasalnya selain disebabkan musim kemarau panjang, kebakaran hutan di gunung Lawu inipun terjadi akibat keteledoran manusia yang tanpa sengaja meninggalkan titik api sisa rokok maupun api unggun.

“Bukannya menakut-nakuti, tapi kita melakukan penyadaran terhadap warga masyarakat. Karena dari insiden kebakaran hutan yang terjadi, kebakaran yang disebabkan ulah manusia jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kebakaran yang disebabkan oleh alam itu sendiri,” jelasnya.

Pencurian Kayu
Sementara itu Wakil Administratur KPH Surakarta, Johni Andarhadi mengatakan selain melakukan sosialisasi penanggulangan kebakaran hutan, KPH Perum Perhutani terus menggalakan antisipasi gangguan keamanan hutan. Pasalnya, tak hanya persoalan kebakaran hutan semata yang dihadapi KPH Perum Perhutani Surakarta. Namun gangguan hutan lainnya selama tahun 2014 ini angkanya selalu meningkat.

Untuk BKPH Tangen yang meliputi Tangen, Blontah, Jenar, Banyurip kerugian akibat pencurian kayu mencapai 11.218 pohon yang diambil dari lahan seluas 4 hektar. Untuk Lawu Selatan yang meliputi Kuryo, Plalar, Watukempul angka pencurian hutan selama bulan Januari nihil. Untuk wilayah Wonogiri yang meliputi Cubluk, Gebang, Tirisan, Pesido, Pulosari sebanyak 18.840 pohon yang diambil dari 1 hektar lahan. Total angka pencurian yang terjadi selama bulan Januari 2014 sebanyak 30.058 pohon. Namun sisa kayu curian yang ditemukan sebanyak 4.690 pohon.

Sedangkan kasus pencurian kayu terbesar terjadi sepanjang bulan September lalu. Dimana jumlah kayu yang dicuri mencapai 86.423 pohon hilang dari tujuh BKPH/RPH Surakarta. Sedangkan untuk sisa kayu curian yang ditemukan 11.022 pohon, dengan temuan sebanyak 21.275 batang pohon.

“Untuk tangkapan dengan barang bukti kayu sebanyak 0.844 batang pohon kayu,” papar Johni. Bramantyo

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.