Jakarta, Ekuatorial – Perubahan iklim merupakan ancaman cukup besar bagi ketahanan pangan Indonesia. Nurul L. Winarni, peneliti Research Center for Climate Change Universitas Indonesia (RCCC-UI) mengatakan, salah satu ancaman perubahan iklim yang cukup serius yaitu penurunan produktivitas tanaman pangan.

Ia menjelaskan perubahan iklim dapat mengancam ketahanan pangan karena dapat menyebabkan penurunan jumlah polinator tanaman. Berbagai riset mengatakan, 70 persen jenis tanaman sangat bergantung pada polinator untuk penyerbukannya.

“Penurunan 3 hingga 9 persen polinator alami dapat menyebabkan produktivitas tanaman pertanian dan perkebunan menurun drastis. Bahkan, sebuah riset di Amerika menyebutkan bahwa penyerbukan bunga oleh lebah di Amerika ditaksir mencapai nilai keuntungan hingga US$ 14,6 milyar,” ujarnya dalam Seminar Produktivitas dan Ketahanan Masyarakat Terhadap Perubahan Iklim di Kampus UI Depok, Senin (29/12).

Selain memengaruhi polinator, perubahan iklim juga dikatakan dapat meningkatkan infeksi hama dan penyakit tanaman. Ia mengatakan, akibat perubahan iklim tren infeksi hama dan penyakit tanaman menjadi meningkat. Akibatnya, hal tersebut juga dapat mengurangi produktivitas hasil tanaman pangan.

Lebih lanjut Nurul menyebutkan bahwa tanaman pangan terutama buah-buahan merupakan jenis yang lebih terkena dampak perubahan iklim. Pola iklim dan cuaca yang berubah akibat perubahan iklim memengaruhi siklus dan perkembangbiakan tumbuhan. Rata-rata tanaman buah-buahan memiliki siklus berbuah yang tergantung pada iklim tahunan. “Namun karena perubahan iklim, cuaca dan iklim menjadi berubah sehingga mengacaukan siklus berbuahnya. Dan akibatnya produktivitas menurun,” tambahnya.

Jatna Supriyatna, Kepala RCCC-UI mengatakan spesies lokal lebih terancam akibat perubahan iklim dibanding dengan spesies introduksi. Hal itu berkaitan dengan keberadaan spesies hama alami. “Kalau spesies lokal hama dan parasit alaminya pasti ada di situ, sedangkan kalau spesies dari luar belum tentu ada hama alaminya disini,” jelasnya kepada Ekuatorial belum lama ini di Jakarta.

Ia mengatakan perubahan iklim memengaruhi perubahan cuaca yang tidak menentu, peningkatan suhu udara, kekeringan sehingga membuat kerentanan pada sektor pangan. “Perubahan iklim dapat memicu gagal panen karena petani kini sulit menemukan waktu yang tepat untuk menanam tanamannya karena cuaca yang tidak menentu,” katanya.

Ia mengatakan, elemen penting untuk mewujudkan ketahanan pangan yaitu proses adaptasi pertanian. Misalnya dengan teknologi rekayasa genetika untuk memperoleh benih unggul tahan kering, tahan hama dan penyakit diperlukan untuk mengatasi ancaman perubahan iklim. “Riset dan teknologi mutlak diperlukan untuk ketahanan pangan terutama akibat ancaman perubahan iklim. Teknologi akan mampu mendukung peningkatan produktivitas pangan,” tukasnya. Januar Hakam

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.