Ratahan, Ekuatorial – Sempat tidak terlihat aktifitasnya sejak letusan terakhir beberapa pekan lalu, Sabtu (7/3) sekitar pukul 17.09 Waktu Indonesia Tengah (WITA), Gunung Soputan di Sulawesi Utara kembali meletus dan memuntahkan material debu bercampur lumpur.

Sore itu sekitar pukul 17.00, belum terlihat adanya tanda-tanda Soputan akan kembali meletus. Sembilan menit berselang atau pukul 17.09 wita, warga Silian Raya yang baru saja usai menonton pertandingan sepakbola di Lapangan Lumentut Silian Dua, dikagetkan dengan semburan asap kelabu tebal bercampur debu yang membumbung tinggi dari puncak gunung Soputan. “Dari Silian, puncak gunung tertutup awan. Namun, material letusan terlihat jelas membentuk gumpalan yang membumbung tinggi ke atas,” ungkap Meidy Tewu, warga Silian Raya.

Secara kasat mata, material bercampur debu tersebut, awalnya mengarah ke Tenggara. Warga sempat memprediksi, material debu akan jatuh di Wilayah Langoan, Minahasa. Namun, prediksi warga meleset. Debu bercampur lumpur, sebagian besar justru jatuh di wilayah Tombatu Raya, hingga Ratahan. “Material juga sempat jatuh di sebagian wilayah Kecamatan Silian Raya, tetapi hanya sedikit,” ungkap Imelda Kawulusan, warga Silian Raya.

Aktifitas letusan dengan tekanan terbesar ini sendiri, tidak berlangsung lama. Dari hitungan, letusan hanya berlangsung kurang dari sepuluh menit, sesudah itu berangsur tenang kembali, bahkan hingga tengah malam, hanya terlihat sedikit guguran lava yang meluncur dari puncak gunung.

Asep, salah satu petugas di Pos Pemantau Gunung Soputan di Silian Tiga, Kecamatan Silian Raya mengatakan letusan kali ini merupakan letusan dengan tekanan paling tinggi dari tujuh letusan yang terjadi selang Januari 2015.

“Letusan kemarin mencapai ketinggian 4.500 meter dari puncak gunung. Terlihat asap kelabu tebal mengarah ke tenggara, serta adanya awan panas yang mengarah ke barat dengan jarak luncur 2.500 meter,” jelas Asep.

Meski aktifitas berangsur turun, namun Asep mengingatkan agar warga belum beraktifitas di radius 6,5 kilometer dari puncak gunung. “Saat ini terpantau erupsi masih berlanjut, terlihat ada asap putih kelabu tebal disertai debu tipis mengarah ke tenggara. Status siaga level 3 masih diberlakukan,” ujar Asep.

Terkait Angka Tujuh
Di sisi lain, entah kebetulan atau tidak, namun letusan terakhir Gunung Soputan identik dengan angka 7. Letusan ke 7 Gunung Soputan di tahun 2015 tersebut, terjadi Sabtu, 7 April 2015, dan berlangsung selama kurang lebih 7 menit.

Fenomena ini sendiri menjadi pembicaraan di kalangan warga. Hanya saja, sebagian warga menganggap hal tersebut hanya kebetulan, atau dengan kata lain tidak perlu diakaitkan dengan mitos atau hal lainnya. “Mungkin cuma kebetulan saja,” ungkap Yuni, warga Silian Raya.

Data yang dirangkum dari Pos Pemantau Gunung Soputan di Desa Silian Tiga, Kecamatan Silian Raya, di tahun 2015, letusan salah gunung api teraktif ini, pertama kali terjadi pada 6 Januari 2015. “Total letusan selang tahun 2015 sudah tujuh kali. Pertama pada tanggal 6 Januari, sebanyak dua kali letusan, kemudian meletus lagi pada 18 Januari, juga dua kali letusan. Selanjutnya, erupsi kembali terjadi tanggal 2 Februari serta 11 Februari dan terakhir kemarin,” ujar Asep, salah satu petugas Pos Pemantau Gunung Soputan.

Menurut Asep, dari data rekaman letusan aktifitas Gunung Soputan, letusan ke tujuh berlangsung selama kurang lebih tujuh menit atau tepatnya 425 detik. “Itu durasi letusan dengan tekanan terbesar,” tukas Asep.

Letusan Gunung Soputan sendiri sebagaimana disebutkan pihak Badan penanggulangan bencana daerah (BPBD) Mitra, berdampak di delapan kecamatan yakni Silian Raya, Touluaan, Tombatu, Tombatu Utara, Tombatu Timur, Pasan, Ratahan, dan Ratahan Timur. “Yang paling parah di Kecamatan Tombatu Timur yakni Desa Winorangian. Ketebalan debu mencapai kurang lebih 1 sentimeter,” jelas Kabid Tanggap Darurat Bencana, BPBD Mitra, Jeane Tangian.

Meskipun begitu, Tangian belum memastikan berapa kerugian akibat dampak letusan ini. “Kita belum hitung berapa kerugian, karena langkah awal baru sebatas tanggap darurat,” jelas Tangian. Yoseph Ikanubun

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.