Yayasan Segitiga Non-Sampah berupaya menginspirasi anak dan remaja Pulau Bangka untuk aktif menjaga dan mencintai lingkungan.

Yayasan Segitiga Non-Sampah (No-Trash Triangle Initiative/NTTI) pada awal Oktober 2023 kembali meluncurkan “School on the Beach/Sekolah di Tepi Pantai”, program pendidikan lingkungan hidup untuk para siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Pulau Bangka, Kecamatan Likupang, Minahasa Utara, Sulawesi Utara.

Program yang berjalan untuk ketigakalinya ini, setelah Juli 2019 dan Maret 2023, bertujuan untuk menginspirasi dan mengajarkan kepada generasi muda Pulau Bangka betapa pentingnya menjaga lingkungan, khususnya ekosistem laut dan terumbu karang, di rumah mereka. Siswa diajarkan tentang berbagai habitat laut yang berada langsung di depan pintu rumah mereka, termasuk di antaranya hutan bakau, padang lamun, dan terumbu karang.

Selain itu, menurut NTTI, program ini juga berupaya untuk menciptakan model pendidikan lingkungan hidup yang dapat diduplikasi dan diterapkan di sekolah-sekolah lain di Sulawesi Utara.

Untuk itu NTTI merekrut guru-guru lokal guna memberikan pelajaran perihal biota laut dan dampak sampah terhadap lingkungan –dua hal yang mendukung perputaran ekonomi di Pulau Bangka– kepada para siswa.

“Memahami pentingnya ekosistem ini [hutan bakau, padang lamun, dan terumbu karang], dan perannya dalam menjaga keanekaragaman hayati global, sering kali menginspirasi generasi muda untuk menerapkan apa yang telah mereka pelajari, mendorong kebiasaan pengelolaan sampah yang lebih baik di antara keluarga dan teman-teman mereka. Manfaat yang dapat terlihat berdampak ke seluruh komunitas yang ada di desa tersebut.,” kata NTTI

Program “Sekolah di Tepi Pantai” berhasil menarik perhatian para remaja di Pulau Bangka. Beberapa siswa yang mengikuti dua program sebelumnya aktif mengikuti kegiatan pembersihan lingkungan bersama dengan komunitas lokal. Mereka juga mendapat kualifikasi sebagai penyelam atas kepedulian mereka terhadap kondisi laut.

“Saya ingin mengetahui lebih banyak lagi tentang berbagai ekosistem laut dan saya ingin melindungi lingkungan dengan membuang sampah pada tempatnya, mengurangi penggunaan plastik, dan mendaur ulang sampah,” kata Puja, siswa peserta program pada 2019, yang kini terinspirasi menjadi aktivis lingkungan.

Rangkaian program periode 2023/24 dimulai di SMP Lihunu dan SD Kahuku pada tanggal 6 Oktober. Sebanyak 30 anak ikut belajar untuk bisa menjadi generasi “Duta Laut” berikutnya.

Selain dua sekolah tersebut, NTTI saat ini sedang menjajaki peluang melaksanakan program serupa di sekolah-sekolah lain. Fokus mereka adalah komunitas desa guna mendukung pengelolaan limbah secara baik dan benar yang berkelanjutan.

Kepala Desa Kahuku, Hesty Sambur, menyambut baik program tersebut karena amat penting untuk bisa menjangkau generasi muda sejak dini.

“[Program ini] mengajarkan anak-anak Kahuku sejak dini tentang pentingnya memiliki lingkungan yang bersih dan bebas sampah serta mengenalkan mereka pada habitat laut di sekitarnya agar mereka tidak ketinggalan,” kata Hesty.

“Anak-anak kemudian dapat pulang dan menerapkan apa yang telah mereka pelajari bersama keluarga mereka. Pemerintah Desa dan masyarakat Kahuku sangat berterima kasih atas dedikasi Yayasan Segitiga Non Sampah.”

Dalam pelaksanaan edisi ketiga “Sekolah di Tepi Pantai”, NTTI mendapat dukungan Fabio Cappa seorang bankir dari Raiffeisen Capital Management, salah satu grup perbankan terbesar di Austria.

Menurut NTTI, Fabio Cappa memberi dukungan karena ia terkesan dengan respons dan fokus NTTI pada pendidikan ketika ia berkunjung ke Pulau Bangka pada Juli 2023 dan melihat langsung jalannya program tersebut.

Pada dua program sebelumnya yayasan tersebut mendapat dukungan dari Seasoldiers, sebuah gerakan peduli lingkungan yang diinisiasi oleh Nadine Chandrawinata dan Dinni Septianingrum.

Jantung Segitiga Terumbu Karang

Pulau Bangka terletak tepat di jantung Segitiga Terumbu Karang, kawasan seluas 6 juta km persegi yang meliputi Indonesia, Malaysia, Filipina, Timor Leste, Papua Nugini, dan Kepulauan Solomon.

Kawasan ini adalah rumah dari 76% spesies terumbu karang dunia, lebih dari 3.000 spesies ikan, dan menopang kehidupan sekitar 120 juta manusia. Untuk mengatasi ancaman terhadap ekosistem di Segitiga Terumbu Karang, keenam negara tersebut (CT-6) pada 15 Mei 2009 mendeklarasikan pembentukan Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fishery and Food Security (CTI-CFF).

Keindahan Segitiga Terumbu Karang tersebut membuat Kecamatan Likupang, termasuk Pulau Bangka, ditetapkan pemerintah Indonesia sebagai salah satu dari lima Destinasi Super Prioritas (DSP).

Oleh karena itu, kebersihan laut di Likupang, khususnya Pulau Bangka, menjadi penting untuk dijaga dan dilestarikan.

NTTI telah aktif bekerja di Sulawesi Utara sejak 2017 untuk memerangi polusi sampah plastik di pusat Segitiga Terumbu Karang. Inisiatif tersebut berfokus melindungi ekosistem vital yang semakin terancam di kawasan tersebut karena kurangnya infrastruktur pengelolaan sampah.

Dalam 12 bulan terakhir, NTTI menyatakan telah meluncurkan layanan pengumpulan sampah di empat pulau, bekerja sama dengan resor untuk mengumpulkan, mengelola, dan mendaur ulang sampah sebagai bagian dari model ekonomi berkelanjutan.

“Jika keberhasilan model pengelolaan sampah dapat diandalkan, maka tidak lama lagi kita akan melihat program pendidikan di sekolah-sekolah di seluruh pulau di Sulawesi Utara,” kata NTTI.


Baca juga:

About the writer

Sandy Pramuji

After graduating from Padjadjaran University, Sandy has been active in journalism. Starting as a repoter at The National News Agency (LKBN) Antara in 2003, he then helped developing an English language...

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.