Auriga Nusantara merekomendasikan Taman Nasional Ujung Kulon agar meningkatkan kualitas teknis konservasi bacak jawa.

Nasib badak jawa di ujung tanduk. Hewan bercula ini terus terancam kematian dan kepunahan. Habitat badak jawa kini tinggal di Taman Nasional Ujung Kulon, itu pun menjadi sorotan.

Auriga Nusantara pernah merilis nasib badak jawa ini. Dalam laporan yang diakses Rabu (7/11/2023), organisasi nonpemerintah yang bergerak di bidang pelestarian sumber daya alam dan lingkungan ini menduga telah terjadi perburuan satwa, termasuk yang mengarah ke badak jawa. Perburuan mengarah ke Ujung Kulon.

Dalam temuannya, Auriga Nusantara merekomendasikan Taman Nasional Ujung Kulon agar meningkatkan kualitas teknis konservasinya. Selain itu, kelembagaan dan penganggaran Taman Nasional Ujung Kulon yang perlu perbaikan mendasar.

Auriga Nusantara mengungkap indikasi penurunan populasi badak jawa di Ujung Kulon. Sejak 2020 kamera deteksi (camera trap) hanya merekam kurang dari 60 individu badak jawa di Ujung Kulon (padahal pada 2018 terekam 63 individu).

Meski demikian, Balai Taman Nasional Ujung Kulon atau Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan justru mengumumkan jumlah populasi yang selalu meningkat.

Auriga Nusantara merekomendasikan Taman Nasional Ujung Kulon agar meningkatkan kualitas teknis konservasi bacak jawa. (Youtube Kementerian LHK)
Auriga Nusantara merekomendasikan Taman Nasional Ujung Kulon agar meningkatkan kualitas teknis konservasi bacak jawa. (Youtube Kementerian LHK)

Rekomendasi konservasi badak jawa

Berikut ini adalah beberapa rekomendasi penting Auriga Nusantara Balai Taman Nasional Ujung Kulon atau Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan:

Evaluasi mendasar dan menyeluruh pada konservasi spesies di Taman Nasional Ujung Kulon.
Perbaikan secara menyeluruh proteksi badak jawa dan Taman Nasional Ujung Kulon.

Sistem pengamanan yang berlangsung selama ini semestinya diuji tuntas untuk mengetahui kinerja sekaligus mengidentifikasi hal-hal yang perlu diperbaiki.

Dialog dan konsultasi dengan pakar-pakar pengamanan kawasan dan spesies perlu dilakukan untuk mendapat masukan dan ide segar bagaimana sebaiknya memproteksi badak jawa dan Taman Nasional Ujung Kulon.

Memaksimalkan seluruh potensi yang ada, baik modal sosial maupun teknologi. Khusus mengenai teknologi, Balai Taman Nasional Ujung Kulon seyogianya mendayagunakan kamera deteksi (camera trap) sekaligus juga mengidentifikasi siapa saja yang memasuki habitat badak secara ilegal.

Penggunaan kamera pemantau, seperti CCTV, dan/atau perangkat teknologi lainnya di titik-titik akses kawasan juga semestinya dilakukan.

Balai Taman Nasional dan/atau Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menghitung populasi badak jawa sesuai standar akademik. Penentuan metodologi penghitungan semestinya didiskusikan secara akademik dan melibatkan pakar-pakar kredibel.

Proses ini semestinya dipimpin oleh scientific authority atau dilakukan dengan melibatkan tim pakar yang kredibel, dan dalam situasi yang menjunjung kebebasan akademik.
Memastikan penganggaran yang bertumpu pada dan memprioritaskan konservasi badak jawa dan spesies flagship lainnya.

Membangun suasana yang kondusif bagi pelibatan dan penggalangan konservasionis.
Mendorong dan membuka ruang terhadap riset-riset badak jawa, termasuk penelitian potensi penyakit dan investigasi forensik terhadap setiap kematian tak wajar badak jawa.

Lebih jauh mengenai temuan dan rekomendasi di atas dapat dilihat pada laporan berjudul Badak Jawa di Ujung Tanduk: Langkah mundur konservasi di Ujung Kulon yang dirilis melalui konferensi pers di kanal youtube Auriga Nusantara.

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.